Nationalgeographic.co.id – Lebih dari 413 pounds: itulah perkiraan berat barang yang ditinggalkan manusia di Bulan sejak pendaratan pertama pada 1969. “Sampah bulan” ini, pernah dijabarkan Arlen Parsa dalam dokumenter pendek yang informasinya didapat dari 22 lembar dokumen NASA.
Berikut barang-barang yang ditinggalkan para astronaut di Bulan dalam lima kali kunjungan:
Enam bendera
Apollo 11, 12, 14, 15, 16, dan 17 merupakan misi berawak yang berhasil mendarat di Bulan antara 1969 hingga 1972. Setiap pendaratan tersebut, para astronaut selalu menancapkan bendera AS di permukaan Bulan.
Baca Juga: Memproduksi Makanan di Luar Angkasa, NASA Berencana Tanam Cabai
Menurut keterangan Mark Robinson, profesor di Arizona State University sekaligus peneliti utama Lunar Reconnaissance Orbiter yang memantau dan menangkap gambar permukaan Bulan, hanya lima bendera AS yang masih ada di sana. Sementara bendera yang ditancapkan Apollo 11 terjatuh.
Meski kelima bendera masih berdiri tegak, tapi warnanya sudah pasti pudar akibat sinar UV atmosfer.
Disk berisi pesan pemimpin dunia
Apollo 11 membawa disk kecil yang berisi pesan pemimpin dunia dari 73 negara (termasuk Yugoslavia dan Republik Dahomey yang sudah tidak ada saat ini). Teks di dalam disk tersebut telah dipindai dan dikecilkan 200x sehingga hanya dapat dibaca dengan kaca pembesar.
Disk yang bagian luarnya bertuliskan “From Planet Earth–July 1969” tersebut, masih berada di wilayah Sea of Tranquility, Bulan, setelah dilempar oleh Buzz Aldrin.
Ranting pohon zaitun emas
Memiliki panjang kurang dari enam inci, perhiasan kecil ini ditinggalkan oleh astronaut Apollo 11 di Bulan sebagai harapan akan perdamaian bagi seluruh umat manusia.
Bola golf
Selama perjalanannya di Bulan pada 1971, astronaut Apollo 14, Alan Shepard, bermain golf di permukaan Bulan. Tentu saja dia melakukannya dengan aneh karena baju luar angkasa yang kaku dan tebal. Namun, berkat gravitasi rendah, Shepard berhasil memukul bola golf dan membuatnya bergerak 200 yard.
Lencana astronaut
Ketika Alan Bean berada di Bulan saat melakukan misi Apollo 12 pada 1969, ia melepaskan lencana di kerahnya kemudian melemparkannya ke area Bulan.
“Saya masih ingat bagaimana lencana tersebut bersinar terkena cahaya matahari sebelum akhirnya menghilang di kejauhan. Rasanya seperti melihat bintang di langit yang gelap.
Saya sering membayangkan mungkin lencana saya berada di antara debu-debu Surveyor Crater–bersinar sama terangnya seperti dulu. Namun, pasti membutuhkan jutaan tahun sebelum turis menemukannya dan membawanya kembali ke Bumi,” papar Bean.
Alkitab
Komandan Apollo 15, David Scott, meletakkan salinan kertas dari alkitab dengan sampul merah di dashboard rover yang ditinggalkan di Bulan.
Patung astronaut
Scott juga meninggalkan patung perak berukuran 3,3 inci karya seniman Belgia Paul Van Hoeydonck di samping plakat dengan nama 14 penjelajah ruang angkasa dari AS dan Soviet sudah meninggal saat itu.
Kotoran astronaut
Dalam 22 halaman dokumen NASA tersebut, tertulis bahwa para astronaut meninggalkan ‘5 alat pengumpul buang air besar’, ‘7 pengumpul air seni’, dan ‘3 sistem wadah air seni’. Penjelajah Bulan pun adalah manusia biasa yang butuh untuk mengeluarkan kotorannya sebelum kembali ke Bumi.
Lima reflektor
Untuk menghitung jarak antara Bumi dan Bulan dengan presisi tepat, observatorium di California, Prancis dan Tokyo, mengarahkan sinar laser pada cermin yang ditempatkan di permukaan Bulan–pertama oleh Apollo 11 (1969), dan kemudian oleh Apollo 14 dan 15 (1971), serta Luna 17 (1970) dan 21 (1973) milik Uni Soviet.
Baca Juga: Kaca Pembesar Kosmis Mendeteksi Bintang Terjauh di Alam Semesta
Potongan-potongan pesawat luar angkasa
Ada lebih dari 80 wahana antariksa, roket, surveyor, pengorbit, dan kendaraan luar angkasa yang ditinggalkan di Bulan–baik dalam keadaan utuh atau sebagian.
Tidak hanya dari AS, itu juga berasal dari Uni Soviet, India, Tiongkok, Israel, Jepang dan Eropa. Kebanyakan mesin-mesin ini menabrak permukaan Bulan dan kemudian mengalami kerusakan.
Namun, ada dua pesawat luar angkasa yang mendarat di Bulan pada 2019, yaitu pendarat Chang’e 4 milik Tiongkok yang masih berfungsi hingga saat ini.