Cara Kreatif Desa Jimbar Wonogiri Atasi Penggunaan Gawai Berlebih

By Mahmud Zulfikar, Senin, 29 Juli 2019 | 13:05 WIB
Ilustrasi penggunaan gawai (jcomp)

Nationalgeographic.co.id - Penggunaan gawai memang sudah menjadi candu bagi masyarakat. Pada 24 jam sehari dalam hidup kita, gawai termasuk salah satu barang yang paling sering kita cari.

Gawai bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan primer warga menjalani kehidupan. Perkembangan pesat teknologi yang membuat kehidupan warga menjadi serba tergantung pada gawai.

Tidak terbatas umur, kecanduan penggunaan gawai ini terjadi pada semua kalangan dari yang belia hingga manula.

Tampaknya, penggunaan gawai terlalu lama juga memberikan efek berbahaya loh.

Kali ini ada cerita menarik yang datang dari Wonogiri tentang pembatasan penggunaan gawai dan televisi pada sejumlah warganya.

Baca Juga: Bahaya Terlalu Lama Main Gadget: Kram, Kebas dan Kesemutan

Cara kreatif dilakukan oleh Pemerintahan Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.

Kepala Desa Jimbar, Sutrisno, merasa prihatin melihat penggunaan gawai berlebih hingga merenggut waktu warga untuk menjalai kehidupan sosial yang normal.

Atas dasar keprihatinan itu warga sepakat membuat peraturan larangan penggunaan gawai dan televisi saat menjelang magrib hingga setelah isya.

“Maka kami terapkan Peraturan Desa Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Jam Belajar Masyarakat yang berlaku sejak tanggal 3 Juni," kata Sutrisno, kepada Kompas.com, Kamis (25/7/2019).

Baca Juga: Pentingnya Membatasi Waktu Bermain Gadget Anak dan Remaja, Mengapa?

Salah satu isi pasal dari peraturan desa itu berbunyi seluruh warga dan orang yang berada di wilayah Desa Jimbar agar tidak menyalakan televisi dan ponsel dari pukul 17.30 hingga pukul 19.30.

"Jadi harus matikan TV dan matikan HP hingga segala macam terkait hiburan mengganggu kegiatan jam belajar. Jadi, harus berhenti total,” ujar Sutrisno.

Sebelum dirumuskan dalam bentuk peraturan desa, lanjut Sutrisno, pemerintah desa sudah menyosialisasikan kepada masyarakat di desanya yang memiliki jumlah jiwa 2.970 orang, 745 KK di 14 RT, tujuh RW dan tujuh dusun sejak tiga tahun lalu.

Tak hanya memberikan ruang berkumpul bagi keluarga, perdes itu juga mendorong banyak warga yang berjemaah shalat di masjid. Usai salat berjamaah di masjid, warga pulang kembali ke rumah dan mendampingi anak belajar.

Baca Juga: Kebiasaan Main "Gadget" Sebelum Tidur Bisa Turunkan Kualitas Sperma“Dua jam itu merupakan waktunya beribadah shalat, mengaji, belajar dan berkumpul dengan keluarga. Dengan demikian, satu keluarga itu ada kebersamaan bisa bercanda, tertawa hingga membelajari anak,” ungkap Sutrisno.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Desa Jimbar Wonogiri, Larang Warganya Bermain HP dan Nyalakan Televisi. Penulis Muhlis Al Alawi.