Nationalgeographic.co.id - Bayangkan diri Anda dalam genggaman pemangsa yang mematikan. Anda melihat hidup Anda berkedip di depan mata Anda: hidup Anda sepertinya akan berakhir. Tapi tunggu! Dengan sentakan cepat, potongan anggota tubuh Anda hinggap di mulut predator dan Anda bisa melarikan diri. Anda telah lolos dari kematian tertentu melalui sebuah pertukaran yang mengerikan.
Jika Anda menonton drama menegangkan 127 hours - film yang didasari kisah nyata pendaki Aron Ralston, yang mengamputasi lengannya sendiri untuk membebaskan diri dari batu yang jatuh menimpanya—mungkin Anda bertanya-tanya: jika berada dalam situasi yang mematikan, seberapa besar kemungkinan selamat?
Ternyata, taktik amputasi diri yang ekstrem ini adalah taktik yang telah berevolusi berkali-kali pada kerajaan hewan. Tim peneliti ekologi evolusioner kami mempelajari bagaimana sifat-sifat yang beragam dan fungsional seperti ini berkembang di alam.
Beban berat
Melepaskan suatu bagian tubuh dapat membantu hewan yang ditangkap mengalihkan perhatian pemangsa dan melarikan diri. Banyak spesies kadal menggunakan taktik ini, mematahkan ekornya ketika terkejut atau diserang. Anda mungkin pernah melihat ini terjadi pada tokek. Pada beberapa spesies tokek, ekornya bahkan dapat terus bergerak-gerak hingga 30 menit setelah dipatahkan, membuat perhatian predator teralihkan.
Banyak kepiting, serangga, dan laba-laba dapat mematahkan satu anggota tubuh tepat pada titik lemah tubuh mereka. Serangga tanaman kaktus mengamputasi diri tidak hanya untuk melarikan diri dari pemangsa, tetapi juga untuk melepaskan bagian tubuh yang terluka yang bisa menghambat pergerakan mereka.
Amputasi diri juga tidak terbatas pada tungkai. Tikus berduri Afrika dapat meluruhkan hingga 80 persen dari kulit mereka ketika dicengkeram oleh predator, seperti mengupas sosis.
Baca Juga: Miris, Lebih dari 50 Paus Pilot Mati Terdampar di Pantai Islandia
Meskipun dapat membantu menghindari situasi yang fatal, melepaskan bagian tubuh harus dibayar dengan harga yang tinggi. Hewan itu sekarang menjadi pincang, ini membuatnya lebih lambat atau lebih lemah. Lebih buruk lagi, bekas amputasi dapat terinfeksi. Bahkan jika hewan itu bisa menumbuhkannya kembali, proses ini bisa menjadi beban besar bagi hewan dengan menggunakan sumber daya berharga. Karena harga untuk kehilangan anggota badan itu mahal, ada beberapa misteri di balik spesies yang memilih untuk diamputasi sendiri, dan alasannya.
Perilaku amputasi diri yang unik ini telah menginspirasi para insinyur. Banyak fitur keselamatan dalam kehidupan modern kita melindungi orang-orang dengan cara secara sengaja berhenti berfungsi pada saat kejadian ekstrem, seperti kecelakaan mobil.
Papan penanda jalan dan lampu jalanan di sepanjang jalan menimbulkan risiko besar bagi pengemudi yang kehilangan kendali. Sehingga, beberapa tiang direkayasa untuk bisa patah pada sambungan khusus ketika ditabrak mobil, sehingga mengurangi kerusakan bagi yang menabraknya. Demikian juga, banyak elemen mobil dirancang untuk dapat rusak sendiri dengan cara tertentu untuk melindungi penumpang.
Berbagai strategi pertahanan
Bagaimana jika amputasi diri adalah strategi yang efektif melawan beberapa predator namun tidak untuk yang lain? Seekor hewan seharusnya tidak melepaskan anggota tubuhnya ketika tidak ada bahaya nyata.
Beberapa capung jarum (damselflies) Amerika Utara - sepupu capung dengan tubuh yang lebih ramping dan rapuh - telah mengembangkan strategi yang berbeda untuk menghindari dirinya dimangsa. Larva damselflies kadang-kadang ada di kolam yang . berisi predator seperti ikan atau serangga yang lebih besar seperti capung. Strategi berburu para predator ini berbeda, sehingga diperlukan strategi pertahanan yang berbeda.