Tunjukkan Hasil yang Berbeda, Data Mana yang Kita Bisa Jadikan Patokan untuk Polusi Udara Jakarta?

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Kamis, 1 Agustus 2019 | 19:39 WIB
Polusi udara di Jakarta (Nasional)

Nationalgeographic.co.id - Belakangan ini, topik polusi udara menjadi pembicaraan utama dari warganet. Maklum, data AirVisual, portal daring penyedia peta polusi udara kota-kota di dunia, menunjukkan bahwa Jakarta tercatat sebagai kota nomor satu dengan kondisi udara yang buruk.

Tentu saja, perkara polusi udara memantik respon dari beragam pihak. Tak terkecuali, Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Pada Kamis (1/8/2019) pukul 12.30 WIB, misalnya, berdasarkan data yang dipaparkan AirVisual Jakarta ada di posisi pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk. Bahkan, dinyatakan dalam status tidak sehat.

Baca Juga: Bahaya Polusi Udara: Membuat Kita Bodoh dan Merusak Paru-Paru

Jakarta jadi kota dengan polusi udara terburuk di Asia Tenggara (Tangkap layar Instagram @greenpeaceid)

Menurut AirVisual, angka AQI di kisaran 151-200 masuk dalam kategori tidak sehat, termasuk Jakarta yang ada di angka 162. Di bawah Jakarta, Ulanbator, Mongolia, menempati posisi kedua dengan AQI 161 dan Tasken, Uzbekistan di posisi ketiga.

Posisi ini bisa berubah secara cepat tergantung kondisi udara terkini yang terdeteksi. Namun, data dan indikator yang disebutkan oleh AirVisual dikonter pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG).

Baca Juga: Hidup di Tengah Polusi Udara Kota, Adakah Cara untuk Tetap Sehat?

Beginilah foto-foto terbaru polusi udara di Jakarta. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra menyebutkan, berdasarkan data BMKG, kondisi udara di Jakarta tidak seburuk sebelumnya. Lapisan berwarnah putih kelabu yang terlihat menyelimuti Jakarta merupakan bentuk polutan yang terperangkap dan sulit terurai oleh atmosfer.

“Layer warna putih kelabu itu polutan sebenarnya. Udara kering yang menyatu dengan asap kendaraan, cerobong asap, dan lain-lain,” kata Agie. Hal ini lumrah terjadi saat puncak musim kemarau tiba karena tidak ada air hujan yang membantu proses penguraian polutan di udara.

Baca Juga: Benarkah Tanaman Tidak Memiliki Perasaan? Berikut Jawaban Para Ilmuwan

Posisi ini bisa berubah secara cepat tergantung kondisi udara terkini yang terdeteksi. Namun, data dan indikator yang disebutkan oleh AirVisual dikonter pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG).

Baca Juga: Polusi Jakarta Terburuk Sedunia, Ternyata Kendaraan Penyebab Utamanya

Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra menyebutkan, berdasarkan data BMKG, kondisi udara di Jakarta tidak seburuk sebelumnya. Lapisan berwarnah putih kelabu yang terlihat menyelimuti Jakarta merupakan bentuk polutan yang terperangkap dan sulit terurai oleh atmosfer.

Beginilah foto-foto terbaru polusi udara di Jakarta. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

“Layer warna putih kelabu itu polutan sebenarnya. Udara kering yang menyatu dengan asap kendaraan, cerobong asap, dan lain-lain,” kata Agie. Hal ini lumrah terjadi saat puncak musim kemarau tiba karena tidak ada air hujan yang membantu proses penguraian polutan di udara.

Sementara, Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar menyebutkan, kondisi udara Jakarta masih sehat. “Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 65 (g/Nm3) maka kualitas udara Jakarta masih bagus atau sehat. Jika dibandingkan dengan Standar WHO pada angka 25 (g/Nm3), maka kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang," kata Siti, pertengahan Juli lalu, dalam Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.

Baca Juga: Masker Kain Murah Ternyata Tak Ampuh Lawan Polusi Udara Jakarta

Saat ini, per Kamis (1/8/2019) siang, data KLHK menunjukkan kualitas udara Jakarta ada di angka 62 dan dikategorikan “tidak sehat”. Data lengkap bisa diakses dengan mengklik laman ini.

Beginilah foto-foto terbaru polusi udara di Jakarta. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Akan tetapi, Menteri Siti mengakui kualitas udara Jakarta dari tahun ke tahun tidak mengalami perbaikan dan cenderung konstan. Oleh karena itu, pemerintah akan terus melakukan upaya perbaikan dengan berbagai cara, salah satunya membenahi polusi yang dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan bermotor.

“Membangun dan mengembangkan taman kota, hutan kota dan kebun raya, mengembangkan hari bebas kendaraan bermotor, menyediakan fasilitas parkir, dan jalur pejalan kaki," ujar Siti. (Luthfia Ayu Azanella/Kompas.com)