Karena sifatnya yang organik, tembok laut dari sabut kelapa dapat berubah menjadi “sabuk hijau” pantai untuk membantu melestarikan ekosistem laut.
Dinding laut dari sabut kelapa
Indonesia adalah negara dengan garis pantai ketiga terpanjang di dunia dengan panjang 54.720 kilometer. Kanada dan Norwegia menempati urutan pertama dan kedua.
Namun, wilayah pesisir di kepulauan Indonesia berada di kondisi yang buruk akibat kegiatan manusia, seperti penambangan pasir dan terumbu karang, pembabatan mangrove, hingga pemukiman warga yang melewati garis pantai.
Pada November 2018, dengan bantuan dari penduduk desa Karangjaladri di pantai Pangandaran, kami dapat membangun tembok laut berbahan sabut kelapa dengan panjang 20 meter.
Sebelumnya, kami menggulung sabut kelapa, yang disatukan dengan material ramah lingkungan lainnya, seperti karung goni, diikat dengan tali dari jaring nelayan sepanjang 5 hingga 10 meter, hingga menjadi seperti gulungan karpet dengan ukuran diameter 25-50 cm.
Kami menghindari musim hujan barat dan musim hujan timur ketika memasang tembok laut tersebut, karena kedua musim ini memiliki angin kencang yang akan membuat sulit untuk memasang jaring.
Kami juga mempertimbangkan pola angin, ketinggian gelombang laut, arah dan arus laut untuk dapat memasang dinding laut sabut kelapa di garis pantai tanpa gangguan.
Meski ramah lingkungan, dinding laut dari sabut kelapa ini tentu saja masih memiliki kelemahan. Kemampuannya terbatas untuk menghadang gelombang laut yang jauh lebih kuat. Hal ini bukan masalah bagi dinding laut terbuat dari beton.
Oleh karena itu, kita perlu memasang pasak kayu dengan benar agar tidak terseret gelombang.
Perlindungan ekosistem Laut
Walaupun ada banyak cara mitigasi untuk abrasi, pendekatan yang ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif yang murah.
Bahan baku untuk membangun dinding laut yang dapat terurai, seperti yang terbuat dari sabut kelapa, adalah cara yang murah dan mudah ditemukan di daerah pesisir apalagi di Indonesia.
Kami juga menggunakan kembali jaring bekas nelayan sekitar untuk mengurangi biaya. Ketimbang menumpuk sabut kelapa menjadi sampah, lebih baik dikumpulkan dan dijadikan sebagai bahan dasar untuk dinding laut.