Nationalgeographic.co.id - Sekitar 95 persen orang hipertensi didiagnosis hipertensi primer, yaitu ketika penyebab kondisi ini tidak diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain dan masih bisa disembuhkan.
Pada hipertensi primer, ada banyak faktor yang disebut-sebut bisa meningkatkan risiko hipertensi, termasuk asupan garam. Ya, banyak yang bilang bahwa garam menyebabkan hipertensi. Padahal, kenyataannya tak sesimpel itu.
Pembuangan cairan sisa dalam tubuh oleh organ ginjal tergantung pada keseimbangan natrium dan kalium untuk mengikat air dan mengantarnya ke kandung kemih. Kebanyakan asupan garam akan merusak keseimbangan natrium dan kalium, sehingga menyulitkan ginjal bekerja dengan baik. Yang lantas terjadi adalah retensi (penumpukan) cairan diikuti dengan naiknya tekanan darah.
Baca Juga: Bukan Obat, Dokter Berikan Tanaman Hijau untuk Atasi Depresi
Kebanyakan asupan garam juga menyebabkan tekanan yang melemahkan dinding arteri. Arteri yang sudah tertekan ini akan menebal dan jadi semakin sempit, sehingga tekanan darah pun makin naik. Pada akhirnya, arteri akan pecah atau tersumbat.
Organ tubuh yang terhubung pada arteri yang rusak tersebut kemudian kekurangan oksigen. Kurang oksigen bisa sebabkan kerusakan organ. Bila ini terjadi pada arteri koroner yang menyuplai jantung, Anda bisa mengalami serangan jantung.
Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan gaya hidup. Meski penelitian telah membuktikan bahwa garam dapur adalah salah satu faktor utama pemicu hipertensi dari segi gaya hidup, risikonya berbeda-beda pada setiap orang.
Para ahli menemukan bahwa beberapa orang mungkin baik-baik saja meski pola makannya tinggi garam. Namun, ada juga yang mengalami tekanan darah tinggi atau perut kembung kalau kebanyakan garam. Kondisi yang disebut sensitif terhadap garam ini bisa dialami siapa pun, baik punya hipertensi atau tidak.
Sensitif terhadap garam adalah kondisi yang diwariskan dari keluarga. Orang dengan kondisi ini perlu memantau asupan garamnya secara cermat. Selain faktor keturunan, ada lagi hal-hal yang menentukan bagaimana tekanan darah Anda bereaksi terhadap garam.
- Jenis kelamin: Perempuan lebih banyak mengalami sensitivitas pada garam dibanding laki-laki.
- Usia: Orang di atas 45 tahun mungkin lebih sensitif terhadap garam.
- Obesitas.
- Punya kondisi medis: Hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal kronis bisa meningkatkan risiko Anda sensitif terhadap garam.
Menurut American Heart Association, kira-kira lebih dari 50 persen orang hipertensi sensitif terhadap garam. Bahkan, 1 dari 4 orang dengan tekanan darah normal sebetulnya sensitif terhadap garam dan berisiko mengalami hipertensi akibat pola makan zaman sekarang yang tinggi garam.
Apakah cuma garam tersangkanya?
Kita tak bisa hanya menuduh garam menyebabkan hipertensi. Menurut penelitian dalam jurnal Open Heart, konsumsi gula berlebih juga bisa bikin tekanan darah melonjak naik. Ini karena kebanyakan gula dalam tubuh akan meningkatkan kadar insulin. Dari situ, tingginya insulin akan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Tubuh akan merespons dengan cara memacu detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Di samping itu, reseptor yang bertugas untuk mengatur kadar tekanan darah pun terganggu fungsinya.
Pola makan tinggi gula, meski hanya dijalani beberapa minggu, dilaporkan berdampak cukup besar bagi tekanan darah. Bahkan dampaknya digadang lebih besar daripada pola makan tinggi garam. Dalam penelitian yang terpisah, orang yang minum 700 ml minuman manis menunjukkan peningkatan tekanan darah hanya dalam waktu beberapa jam setelahnya.
Baca Juga: Cuaca Panas dan Terik, Cegah Dehidrasi dengan Cara-cara Berikut
Kuncinya adalah asupan yang seimbang
Meski membatasi asupan garam itu baik, kekurangan garam juga bisa membahayakan. Maka, Anda tidak perlu sampai pantang garam sama sekali karena takut garam menyebabkan hipertensi. Yang sangat dianjurkan untuk mengurangi garam terutama orang yang sensitif terhadap garam.
Cara terbaik untuk mulai membatasi garam yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan instan dalam kemasan. Pasalnya, sekitar 77% dari natrium harian biasanya didapatkan dari makanan kemasan (daging beku, bumbu masak yang sudah diproses, dan makanan kalengan).
Mengurangi makanan kemasan juga akan mendorong Anda agar mengonsumsi makanan tinggi vitamin, mineral, serat, dan nutrisi penting lainnya. Apalagi bila dibarengi asupan magnesium dan kalium yang seimbang, Anda tak perlu terlalu memusingkan apakah garam menyebabkan darah tinggi.
Artikel ini pernah tayang di Hellosehat.com dengan judul "Benarkah Garam Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi?". Penulis: Irene Anindyaputri.