Iritasi Hingga Potensi Kanker, Dampak Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan

By National Geographic Indonesia, Kamis, 3 Oktober 2019 | 11:46 WIB
Kebakaran hutan di Palangkaraya. (Kurnia Tarigan/Kompas.com)

Kita tahu bahwa pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan bukan masalah sederhana. Kebakaran hutan dan lahan adalah masalah kompleks yang saling berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

Hutan dan lahan yang terbakar sebagian besar merupakan lahan gambut yang sulit dipadamkan apinya.

Selain itu, faktor iklim dan cuaca pada saat kekeringan juga mempengaruhi munculnya dan beratnya dampak kebakaran hutan dan lahan ini.

Oleh karena itu terjadi perdebatan panjang tentang apa dan bagaimana langkah dalam menyelesaikan permasalahan ini.

Tapi cukup jelas bahwa bencana asap dan kebakaran lahan adalah sebuah bencana buatan manusia di tanah air ini yang tidak pernah selesai sejak dulu.

Karena itu, seperti hasil penelitian Febri Yuliani (2011) dari Universitas Padjajaran yang mengambil sampel kebakaran hutan di Rokan Hilir Riau menunjukkan bahwa pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan membutuhkan upaya yang sistematis. Butuh kebijakan yang kuat dengan implementasi yang tegas dalam sistem tata kelola perkebunan dan hutan.

Dalam skala mikro, khususnya bagi masyarakat yang terkena dampak asap kebakaran hutan dan lahan ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) telah mengeluarkan panduan mengatasi atau mengurangi dampak dari asap tersebut.

Upaya primer yang dapat dilakukan adalah meminimalkan paparan terhadap asap, dengan cara mengurangi aktifitas di luar ruangan. Hal ini sangat bisa ditekankan kepada anak-anak agar tidak bermain di luar rumah saat ada bencana ini.

Selain itu, sangat disarankan untuk tidak menambah polusi udara seperti membakar sampah, merokok, dan menyalakan lilin di dalam rumah. Termasuk dalam langkah ini adalah dengan menutup pintu dan jendela rapat-rapat untuk mengurangi polusi masuk ke dalam ruangan.

Upaya sekunder adalah mendeteksi lebih awal dan pengobatan segera. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gelaja-gajala akibat paparan asap, seperti sesak nafas, batuk, sakit kepala yang makin lama makin berat, maka perlu diperiksa dan diobati segera ke dokter.

Penulis: Hardisman Dasman, Associate Professor in Community Medicine and Healthcare Policy, Universitas Andalas

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.