Menikmati Perpaduan Kekayaan Budaya dan Alam dari Tanah Blambangan Banyuwangi

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Jumat, 4 Oktober 2019 | 16:15 WIB
Sanggar Genjah Arum yang terletak di Desa Wisata Kemiren, Banyuwangi. (Feri Latief)

Dalam upacara ini, ribuan telur diletakkan di atas jodang dengan berbagai bentuk, seperti miniatur masjid, perahu, binatang, dan sebagainya. Jodang adalah bentuk hiasan yang terbuat dari batang pisang.

Batang pisang terkecil, memuat 33 butir telur dan yang paling besar sebanyak 99 butir telur. Jodang terbesar diletakkan di depan kantor Pemda, sebagai penanda. Jodang utama selaras dengan angka tasbih, tahlil, dan tahmid. Para peserta yang terlibat pun menggunakan pakaian muslim.

Baca Juga: Pecahkan Rekor Muri, Makan Gratis Bakmi Jawa Bisa Dongkrak Daya Tarik Wisata Gunungkidul

Peserta karnaval di Banyuwangi. (banyuwangitourism.com)

Lain lagi dengan hari raya Cap Go Meh. Perhelatan yang dilaksanakan pada 15 hari setelah Tahun Baru Imlek ini memuat budaya Tionghoa yang sangat kental.

Kampung Pecinan yang terdapat di Banyuwangi, menjadi pusat kegiatan Cap Go Meh. Peserta pawai mengarak patung yang mulia Kongco Tan Hu Cin Jin berkeliling.

Kegiatan yang dilatarbelakangi kemauan untuk menolak bala ini sangat didukung oleh pemerintah daerah. Kemeriahan yang didominasi warna merah ini, sangat manis bila diakhiri dengan santap sajian lontong Cap Go Meh.