Pennywise Hingga Joker, Mengapa Badut Menjadi Simbol Tokoh Jahat?

By National Geographic Indonesia, Minggu, 6 Oktober 2019 | 18:26 WIB
Ilustrasi badut. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Hollywood telah lama mengeksploitasi ambivalensi kita terhadap badut.

Tokoh badut jahat ciptaan penulis Stephen King, Pennywise, tahun ini muncul dalam film kedua “It Chapter Two.” Sementara itu, musuh bebuyutan Batman, Joker, juga sedang tampil dalam film yang diperankan oleh Joaquin Phoenix.

Bagaimana sebuah tokoh yang sering tampil dalam acara ulang tahun anak-anak bisa menjadi simbol sesuatu yang demikian jahat?

Sebuah penelitian di Inggris bahkan menunjukkan bahwa sedikit sekali anak-anak yang suka badut. Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa menaruh gambar badut di bangsal anak di rumah sakit justru tidak membawa hasil baik. Tidak heran, banyak orang yang benci Ronald McDonald.

Namun, sebagai psikolog, saya tidak ingin sekadar bilang badut itu menakutkan, tapi saya juga tertarik pada alasan di balik itu. Pada 2006, saya menerbitkan penelitian berjudul “Sifat-sifat Kengerian” dengan salah satu mahasiswa saya, Sara Koehnke, di jurnal New Ideas in Psychology.

Penelitian ini tidak secara spesifik meneliti sifat menakutkan dari badut, tapi temuan kami dapat membantu menjelaskan penyebabnya.

Barisan badut

Tokoh serupa badut sudah hadir selama ribuan tahun. Dalam sejarah, tokoh pelawak dan badut menjadi wahana menyampaikan satir dan memperolok orang-orang yang berkuasa.

Tokoh-tokoh ini menjadi saluran yang aman untuk melampiaskan emosi rakyat dan memiliki kebebasan berekspresi yang unik—selama unsur hiburannya lebih besar dari pada kritikan pada penguasa, posisi mereka pun aman.

Pelawak dan tokoh lain untuk mempermalukan orang sudah ada sejak era Mesir kuno. Dalam Bahasa Inggris, kata “clown” pertama muncul sekitar 1500-an dan digunakan oleh Shakespeare untuk menggambarkan beberapa tokoh bodoh dalam sandiwaranya. Tokoh badut sirkus yang kini umum—wajah dicat, rambut palsu, dan baju kedodoran—muncul sekitar abad ke-19 dan tidak banyak berubah dalam 150 tahun terakhir.

Penokohan badut jahat juga bukan fenomena baru. Pada 2016, penulis Benjamin Radford menerbitkan “Bad Clowns” dan melacak sejarah evolusi badut menjadi makhluk yang mengerikan dan tak terduga.

Persona badut mengerikan muncul setelah pembunuh berantai John Wayne Gacy ditangkap di Amerika Serikat. Pada 1970-an, John muncul dalam pesta ulang tahun anak-anak sebagai “Pogo Si Badut” dan sering melukis badut. Ketika polisi menemukan bahwa dia telah membunuh setidaknya 33 orang dan mengubur mayat di rumahnya di Chicago, kaitan antara badut dan perilaku psikopat berbahaya pun tertanam kuat di bawah sadar masyarakat Amerika.

Kemudian, selama beberapa bulan pada 2016, badut-badut seram meneror Amerika.