Nikmati Wisata Bandung Tempo Dulu: dari Jalanan Kaya Akan Sejarah Hingga Kuliner Nan Renyah

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Senin, 7 Oktober 2019 | 12:09 WIB
Warga berjalan kaki menyusuri Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, setiap digelar Braga Culinary Night, (Editor)

4. Gedung Sate.

Anda mungkin belum sah mengunjungi Bandung bila belum datang dan melihat langsung Gedung Sate. Gedung yang sering tergambar dalam berbagai suvenir Bandung ini dibangun dengan gaya arsitektur Indo-Eropa. Gedung ini memadukan gaya Moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda.

Gedung Sate kantor Gubernur Jawa Barat. (Tribun Jabar)

Satu pertanyaan yang sering terlontar adalah mengapa gedung ini dibangun secara diagonal. Jawabannya sederhana saja, Gedung Sate dibangun diagonal agar bisa menghadap langsung ke Gunung Tangkuban Perahu.

5. Vila Isola/Hotel Savoy Homann

Tidak banyak yang tahu bahwa di dalam kawasan Universitas Pendidikan Indonesia terdapat sebuah bangunan unik dengan gaya art deco. Bangunan ini bernama Vila Isola, nama yang secantik bentuk bangunannya.

Baca Juga: Pesta Kesenian Bali, Budaya Mengikat Perbedaan dan Memikat Wisatawan

Nama Isola sendiri adalah sebuah kependekan dari frasa Latin, M’isolo e vivo yang berarti ‘saya mengasingkan diri dan bertahan hidup’.

Bangunan yang sekarang bernama Bumi Siliwangi dan berfungsi sebagai kantor rektorat  ini dibangun pada Oktober 1932 dan selesai pada Maret 1933. Vila Isola dibangun oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker, seorang arsitek yang desain bangunannya sudah banyak menghiasi Bandung.

Vila Isola, Bandung. (P.J. van Baarda/Wikimedia Commons)

Tujuan awal bangunan ini didirikan adalah sebagai rumah peristirahatan seorang Jawa-Italia bernama Dominique Wilem Beretty, pemilik kantor berita internasional Hindia Belanda, Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap/ANETA—kemudian berubah nama menjadi Kantor Berita ANTARA.

Bangunan yang pada awalnya dibuat dengan bahan bambu ini kemudian dibeli oleh Hotel Savoy Homann pada tahun 1936. Saat itu Hotel Savoy Homann dikelola oleh Fr. J. Van Es, seorang pengelola Hotel Des Indes di Batavia.

Pada 20 Oktober 1954, bangunan ini kemudian berubah fungsi menjadi Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), cikal bakal Universitas Pendidikan Indonesia.