Nikmati Wisata Bandung Tempo Dulu: dari Jalanan Kaya Akan Sejarah Hingga Kuliner Nan Renyah

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Senin, 7 Oktober 2019 | 12:09 WIB
Warga berjalan kaki menyusuri Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, setiap digelar Braga Culinary Night, (Editor)

Nationalgeographic.co.id - Walaupun sudah lampau, jejak kehadiran para penjajah pada masa lalu masih dapat dengan mudah ditemukan di berbagai daerah. Salah satunya adalah di Bandung, Jawa Barat. Warisan bangunan megah dengan gaya arsitektur art deco banyak berdiri di berbagai tempat seperti di Jalan Asia-Afrika—sebelumnya bernama Jalan Pos—, Braga, hingga Sukasari.

Saking banyaknya bangunan eksotis yang terdapat di Bandung, wisata Bandung tempo dulu pun menjadi populer. Banyak komunitas dan agen perjalanan menawarkan pengalaman wisata ‘time traveling’ dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah itu.

Selain itu juga makin banyak pengusaha yang berlomba-lomba menyediakan akomodasi terbaik di Bandung. Bahkan UNESCO, organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB menyebut Bandung sebagai kota dengan bangungan art deco terbanyak dan terlengkap di dunia.

Baca Juga: Menikmati Perpaduan Kekayaan Budaya dan Alam dari Tanah Blambangan Banyuwangi

Dalam melakukan wisata Bandung tempo dulu, kita juga dapat melakukannya secara mandiri tanpa bantuan dari pihak ketiga. Wisatawan dapat terlebih dulu mencari informasi letak dan sejarah tempat yang ingin dikunjungi.

Untuk mempermudah, berikut ini kami rangkum beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi sebagai bagian dari wisata Bandung tempo dulu.

Gedung Merdeka saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. (Wikipedia.org)

1. Asia-Afrika.

Jalan besar yang pada awalnya bernama Jalan Raya Pos ini menjadi awal berdirinya Kota Bandung. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels, pada tahun 1810 menancapkan sebuah tongkat di sisi De Groote Postweg—kemudian dikenal dengan nama kilometer 0.

Daendels kemudian meminta Raden Wiranatakusumah II selaku Bupati Bandung saat itu, untuk menjadikan lokasi tersebut sebagai ibu kota Bandung.

Jalan Asia-Afrika mengingatkan banyak orang mengenai Konferensi Asia-Afrika yang diadakan pada 18-24 April 1955. Gedung Merdeka, tempat konferensi ini berlangsung pun masih berdiri dengan gagah dan terawat. Gedung ini tak pernah luput dari sasaran foto para wisatawan.

Baca Juga: Yuk Cicipi 10 Makanan Khas Sewaktu Jalan-jalan di Manado. Rasanya Bikin Ketagihan Lho!

Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/3/2011). Gedung ini pernah menjadi (Editor)

Jalan Braga di Kota Bandung sekitar 1930-an. (Tropenmuseum)

4. Gedung Sate.

Anda mungkin belum sah mengunjungi Bandung bila belum datang dan melihat langsung Gedung Sate. Gedung yang sering tergambar dalam berbagai suvenir Bandung ini dibangun dengan gaya arsitektur Indo-Eropa. Gedung ini memadukan gaya Moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda.

Gedung Sate kantor Gubernur Jawa Barat. (Tribun Jabar)

Satu pertanyaan yang sering terlontar adalah mengapa gedung ini dibangun secara diagonal. Jawabannya sederhana saja, Gedung Sate dibangun diagonal agar bisa menghadap langsung ke Gunung Tangkuban Perahu.

5. Vila Isola/Hotel Savoy Homann

Tidak banyak yang tahu bahwa di dalam kawasan Universitas Pendidikan Indonesia terdapat sebuah bangunan unik dengan gaya art deco. Bangunan ini bernama Vila Isola, nama yang secantik bentuk bangunannya.

Baca Juga: Pesta Kesenian Bali, Budaya Mengikat Perbedaan dan Memikat Wisatawan

Nama Isola sendiri adalah sebuah kependekan dari frasa Latin, M’isolo e vivo yang berarti ‘saya mengasingkan diri dan bertahan hidup’.

Bangunan yang sekarang bernama Bumi Siliwangi dan berfungsi sebagai kantor rektorat  ini dibangun pada Oktober 1932 dan selesai pada Maret 1933. Vila Isola dibangun oleh Charles Prosper Wolff Schoemaker, seorang arsitek yang desain bangunannya sudah banyak menghiasi Bandung.

Vila Isola, Bandung. (P.J. van Baarda/Wikimedia Commons)

Tujuan awal bangunan ini didirikan adalah sebagai rumah peristirahatan seorang Jawa-Italia bernama Dominique Wilem Beretty, pemilik kantor berita internasional Hindia Belanda, Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap/ANETA—kemudian berubah nama menjadi Kantor Berita ANTARA.

Bangunan yang pada awalnya dibuat dengan bahan bambu ini kemudian dibeli oleh Hotel Savoy Homann pada tahun 1936. Saat itu Hotel Savoy Homann dikelola oleh Fr. J. Van Es, seorang pengelola Hotel Des Indes di Batavia.

Pada 20 Oktober 1954, bangunan ini kemudian berubah fungsi menjadi Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), cikal bakal Universitas Pendidikan Indonesia.