Lagi-lagi Fenomena Unik di Puncak Gunung Gede, Apa Sebenarnya yang Sedang Terjadi?

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Selasa, 8 Oktober 2019 | 07:19 WIB
Alun-alun Suryakencana, terletak di antara puncak Gunung Gede (2.958 mdpl) dan puncak Gumuruh. (Reynold Sumayku/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Menanggapi fenomena serakan yang terjadi di Gunung Gede, Kedeputian Klimatologi BMKG, Indra Gustari memberikan keterangan pada Senin (7/10/2019).

Indra menyampaikan apa yang terjadi di Gunung Gede, mirip dengan apa yang pernah terjadi di Dieng.

“Kalau dari cirinya, dari laporan masyarakat atau para pendaki, sama-sama terbentuk seperti salju. Hipotesa kita mirip yang terjadi di Dieng," ujarnya.

Ia menyampaikan, fenomena ini juga disebut dengan frost. “Kalau di Gunung Gede, kita belum pasang alat, tapi ini mirip Dieng,” kata Indra.

Baca Juga: Terjadi di Pagi Hari, Fenomena Unik Ini Terjadi Berbarengan di 4 Gunung Tinggi Tanah Jawa. Apa Penyebabnya?

Fenomena kristal es kembali muncul. Kali ini kemunculannya adalah di Alun-alun Surya Kencana, Gunung Gede Jawa Barat Minggu (6/10/2019).

Hamparan padang es di gunung gede merupakan fenomena langka karena lebih luas, Minggu (6/10/2019) (APGI / Ade Wahyudi)

Seperti diketahui, disampaikan salah satu pemandu gunung yang berasal dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Ade Wahyudi, kristal es yang muncul kali ini tak seperti biasanya karena cakupan wilayhnya lebih luas.

Ade menyampaikan, berdasarkan apa yang ia amati, pemandangan di gunung berketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut laksana serakan padang es.

Fenomena yang terjadi di Gunung Gede ini menjadi perhatian khalayak. Salah satu alasannya adalah beberapa wilayah lain saat ini justru mengalami cuaca panas.

Baca Juga: Kata Ahli Jadi Fenomena Biasa, Wisatawan Berlomba Abadikan Embun Beku di Bromo dan Semeru

Kampung Sarongge yang berlatar Gunung Gede. Hutan dan gunung adalah bagian dari kosmik masyarakat Su (Zika Zakiya)

Ketika ditanya mengenai hal ini, Indra menyampaikan terdapat tiga hal yang mempengaruhi, yakni musim kemarau, ketinggian, dan pengaruh udara dingin dari Australia.

“Kenapa terjadi, pertama karena musim kemarau. Apabila musim hujan, frost itu menghilang, sementara kalau kemarau dia bisa bertahan,” ujarnya.

Saat musim kemarau, suhu yang ada pada siang hari panas terik, ketika malam maka gelombang panas tersebut dilepas di atmosfer sehingga suhu bisa lebih dingin ketika pagi.

Kedua ia menyebut, penyebabnya terjadi karena gunung Gede berada di daerah elevasi tinggi atau kawasan pegunungan.

“Udara kalau muncul dari lembah, nantinya semakin naik, maka suhunya akan semakin turun karena proses di atmosfer,” terangnya.

Baca Juga: Fenomena Matahari Tepat di Atas Kakbah, Waktu yang Tepat Buat Koreksi Arah Kiblat

Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat pada pagi hari dilihat dari Caringin, Kabupaten Bogor. | Roderick (Abiyu Pradipa)

Faktor yang ketiga, ia menyampaikan, saat ini masih terdapat udara dingin kiriman dari Australia. "Kalau dilihat di Jawa saat ini, masih kuat angin dari selatan, berbeda dengan di wilayah Sumatera yang umumnya memuat angin dari Asia," ujar Indra lagi.

Kombinasi ketiga hal tersebut menyebabkan kenapa udara dingin khususnya daerah Jawa dengan ketinggian di atas 2.500 mdpl berisiko timbul embun salju.

Terkait adanya embun es di Gunung Gede ini, Indra menghimbau agar para pendaki yang hendak kesana untuk lebih mewaspadai masalah dehidrasi.

Baca Juga: Ketika Sungai Memiliki Lima Warna, Fenomena Alam di Cano Cristales

“Kalau sekarang dari embun tak membahayakan, tapi ya diliat dari kekeringannya, perlu diwaspadai, suhu tinggi di siang hari, bisa dehidrasi,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan, karena kecenderungan hawa yang kering dan banyaknya lahan yang kering karena musim kemarau ia menghimbau kepada para pendaki untuk berhati-hati terhadap risiko kebakaran.

Sementara untuk suhu dingin ia menyampaikan, suhu dingin akan terjadi pada malam dan dini hari sehingga tetep diperlukan jaket dan sarung tangan.

“Kalau untuk dingin hanya malam dan dini hari. Makanya salju terlihat dini hari, siang menghilang karna kenaikan suhu dan binaran matahari,” pungkasnya.