Sering Kecanduan Menjelajah Internet Tanpa Tujuan? Ini Penyebabnya

By National Geographic Indonesia, Rabu, 9 Oktober 2019 | 15:07 WIB
Ilustrasi menggunakan internet. (ViewApart)

Nationalgeographic.co.id - Apakah Anda sering mengecek ponsel atau sekadar menjelajah internet tanpa tujuan karena tidak tahu apa yang harus dilihat? Hal ini ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah dan hasil laporannya telah terbit di jurnal PNAS.

Para ilmuwan dari Hass School of Business UC Berkeley yang terlibat dalam riset menjelaskan, kebiasaan ini dilakukakan karena otak manusia membutuhkan pengetahuan, entah apakah informasi itu penting atau tidak.

Menurut mereka, informasi dapat dapat merangsang sistem penghargaan dopamin manusia. Ini sama seperti yang terjadi bila kita mengonsumsi junk food, minuman beralkohol, atau mendapat uang.

Baca Juga: Panel Surya Terapung dan Terbesar di Dunia Diluncurkan di Maladewa

Dopamin adalah salah satu zat kimia di otak (neurotransmiter) yang berperan mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan dan rasa sakit. Dopamin memegang peranan penting dalam banyak fungsi tubuh manusia.

"Bagi otak, informasi ibarat hadiah. Terlepas dari informasi itu bermanfaat atau tidak," kata penulis penelitian dan ahli neuroekonomi Ming Hsu, dilansir MNN, Sabtu (5/10/2019).

"Ini sama seperti otak kita yang menyukai kalori kosong dari junk food. Otak dapat menilai informasi yang membuat kita merasa lebih baik, meski informasi tersebut tak bermanfaat. Kalau orang bilang, rasa ingin tahu yang tidak berguna," imbuh Ming Hsu.

Memahami saraf rasa ingin tahu

Ming Hsu dan timnya meneliti hal ini karena mereka penasaran akan rasa ingin tahu itu sendiri. "Penelitian kami mencoba menjawab dua pertanyaan. Pertama, dapatkah kita mencocokkan pandangan ekonomi dan psikologis tentang rasa ingin tahu, atau kenapa orang mencari informasi? Kedua, seperti apa rasa ingin tahu di dalam otak?" ujar Hsu.

Banyak ahli ekonomi menganggap keingintahuan berorientasi pada tujuan konkret. Dengan kata lain, keingintahuan membantu manusia untuk membuat keputusan yang menguntungkan. Sementara dari pandangan psikolog, rasa ingin tahu berfungsi untuk memenuhi keinginan diri, yakni mengetahui suatu hal.

Terlepas dari kedua pandangan tentang rasa ingin tahu di atas, Hsu dan tim memilih melihat bagaimana saraf rasa ingin tahu bekerja. Mereka mengumpulkan sejumlah peserta penelitian untuk bermain judi.

Selagi responden bermain judi, para ahli memindai otak mereka. Dalam permainan tersebut, para peserta diminta membuat keputusan untuk mengeluarkan uang seberapa banyak demi mendapat informasi peluang menang.