Hati-hati, Suhu yang Semakin Memanas Bisa Sebabkan Serangan Jantung

By National Geographic Indonesia, Rabu, 16 Oktober 2019 | 10:54 WIB
2019 akan menjadi tahun terpanas menurut ilmuwan. (batuhan toker/Getty Images/iStockphoto)

Bisakah kita menyesuaikan diri saja?

Tubuh kita dapat menyesuaikan diri dengan suhu panas, tetapi proses ini ada batasnya. Beberapa suhu terlalu panas bagi jantung, juga bagi keringat untuk memberikan pendinginan yang efektif, terutama jika kita perlu bergerak atau berolahraga.

Kita juga dibatasi oleh kapasitas ginjal guna menghemat air dan elektrolit, serta batas atas jumlah air yang dapat diserap usus manusia.

Keringat berlebih menyebabkan defisit cairan dan elektrolit, dan ketidakseimbangan elektrolit yang dihasilkan dapat mengganggu irama jantung.

Peristiwa kematian massal kini sering ditemui terutama saat terjadi gelombang panas di negara-negara yang memang panas, seperti India dan Pakistan. Ini terjadi ketika panas ekstrem mendekati suhu 50°C, melebihi kapasitas tubuh manusia untuk menjaga kisaran suhu inti yang aman.

Gelombang panas akan terjadi lebih parah, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Kita tidak bisa sepenuhnya menjalani hidup di dalam ruangan dengan pendingin udara karena kita butuh keluar rumah untuk bepergian, bekerja, berbelanja, dan membantu kelompok yang lebih rentan. Manusia, hewan, dan sistem sosial kita bergantung pada aktivitas manusia.

Selain itu, dengan suhu 50°C di siang hari, pendingin ruangan akan menghabiskan energi lebih besar untuk menurunkan suhu 25°C dari udara sekitar.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa inggris.

Penulis: Liz Hanna, Honorary Senior Fellow, Australian National University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.