National Geographic Indonesia on Assignment: Singkap Riwayat Kota Pesisir Utara Jawa

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 12 November 2019 | 20:31 WIB
Kediaman Residen Pekalongan, yang dibangun sekitar pertengahan abad ke-19 di tepian Jalan Raya Pos. Kini bangunan ini digunakan sebagai salah aset sejarah milik pemerintah kota. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Setiap kota memiliki cerita. Kota merupakan panggung cerita dari serangkaian kejadian istimewa. Kota-kota di pesisir utara Jawa memiliki cerita kota, terkait dengan geografi dan perkembangan peradaban.

Suatu kota telah lahir karena banyak aspek. Beberapa aspek penting pemicunya adalah tersedianya kemudahan yang membangkitkan pemusatan atas kegiatan ekonomi di kawasan itu. Putaran berikutnya, aspek-aspek tadi memicu perubahan sosial dan ekonomi para penghuninya. Pesisir Jawa, khususnya sisi utaranya, memiliki riwayat panjang. Berabad-abad silam, kota-kota itu memiliki riwayat persinggungan dengan budaya para pedagang beragam bangsa.

National Geographic Indonesia berhasrat untuk menyingkap cerita tentang alam, manusia, dan ekonomi di beberapa kota pesisir dalam program “NG on Assignment” (NGIOA). Program ini terbuka bagi siapa saja yang berminat merasakan penugasan layaknya awak National Geographic Indonesia.

Baca Juga: Di manakah Hotel Pertama di Pecinan Semarang?

Warna-warni batik menghiasi Desa Trusmi yang merupakan salah satu kampung batik di Cirebon. Kegiatan (Titania Febrianti/National Geographic Indonesia)

Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, bersama Soleh Solihun, jurnalis, akan menyusuri beberapa ruas kawasan di pesisir utara Jawa. Mereka akan melakukan misi pengembaraan singkat bertajuk “Jelajah Pesisir Utara Jawa”. Keduanya mengendarai sepeda motor untuk singgah di Bekasi, Cirebon, Pekalongan, dan berujung di Semarang. Penugasan ini digelar selama tujuh hari, 18 – 24 November 2019. Tujuan Jelajah Pesisir Utara Jawa ini adalah menyaksikan aspek-aspek yang membentuk riwayat kota sampai perkembangannya hingga hari ini.

Sejak pembangunan Jalan Raya Pos yang selesai pada dua abad silam, kehidupan sosial dan ekonomi kota-kota yang dilaluinya kian berdenyut. Setelah Revolusi Industri di Eropa, jalur kereta api pun menghubungkan Bekasi, Cirebon, Pekalongan, dan Semarang sejak akhir abad ke-19. Kota Semarang dipilih menjadi ujung perjalanan jelajah ini lantaran sejarah kotanya terikat dengan perkembangan jalur rel kereta api pertama di Indonesia.

Kini, Jalan Raya Pos dan jalur kereta api telah melahirkan kota-kota pusat perekonomian baru. “Jalur pantai utara Jawa memang menyimpan banyak cerita,” ujar Didi Kaspi Kasim. “Kisah para penguasa, kesibukan pelabuhan, masa keemasan pabrik-pabrik tebu, pembangunan Jalan Raya Pos, hingga jaringan rel kereta api yang telah mengubah peradaban manusia yang menghuni kota-kota itu.”

Baca Juga: Sekolah Tari Tradisional Cirebon dan Upaya Pelestarian Budaya

Gereja St. Joseph atau yang sohor dikenal sebagai Gereja Gedangan, Semarang. (Cristo/Wikimedia Commons)

“Seru kayanya menjelajahi kota-kota di pesisir utara Jawa,” kata Soleh Solihun, yang juga seorang pesepeda motor. “Kali ini saya akan bersepeda motor ria ditemani Didi Kasim. Kami akan menyaksikan riwayat kota dan perkembangannya sampai sekarang.”

Pusat-pusat denyut perekonomian itu muncul—juga tenggelam—seiring perjalanan zaman. Sebagian jejak-jejak kemilau kota-kota itu masih bisa dijumpai, namun sebagian lainnya telah sirna. Dari bangunan yang mengekalkan arsitektur kota sampai kuliner yang merekam jiwa kota. “Perkembangan infrastruktur berpengaruh atas perkembangan sosial dan perekonomian masyarakat kota,” kata Soleh menambahkan.