Asa dari Tepian Nusantara, Tol Langit Jadi Tumpuan Warga Sangihe di Era Disrupsi

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Kamis, 28 November 2019 | 15:12 WIB
Novie Rumbayan (Kiri) dan Yohanis (Kanan) nelayan di Kelurahan SAntiago, Tahuna sedangb berdiskusi terkait hasil tangkapan mereka. (Josua Marunduh)

Nationalgeographic.co.id - Wajah Presiden Joko Widodo terlihat semringah. Kepala negara kita yang akrab disapa Jokowi ini terus menebar senyum di hadapan tetamu dan para menterinya di Istana Negara, Jakarta.

Kegembiraan sang presiden bukanlah tanpa sebab. Pada Senin (14/10/2019), Jokowi meresmikan operasional Palapa Ring. “Saya resmikan pengoperasian Palapa Ring yang menghubungkan seluruh ibu kota di 514 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia," kata Jokowi.

Palapa Ring merupakan proyek jaringan serat optik yang menghubungkan internet di seluruh Indonesia. Jaringan yang dibangun membentuk cincin sepanjang 12.128 kilometer yang mengitari tujuh pulau, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Baca Juga: Internet Cepat di Kepulauan Natuna Berhasil Melahirkan Lapangan Kerja Baru

Pemerintah membangun Palapa Ring untuk mengikis kesenjangan koneksi internet pita lebar (broadband) antara Pulau Jawa dengan wilayah lainnya di Indonesia.

Keberadaan Palapa Ring juga diharapkan dapat membuat kesenjangan tarif antara Indonesia bagian barat dan timur dapat berkurang.

Aktivitas penumpang serta bongkar muat barang di Pelabuhan Tahuna pada saat kapal berlabuh di Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe (Josua Marunduh)

 

Palapa Ring terdiri dari tiga paket, yakni Barat sepanjang sepanjang 2.147, Tengah sepanjang 3.103, dan Timur dengan panjang 6.878.

Paket Barat, yang telah selesai pada Maret 2018, menjangkau wilayah Riau, Kepulauan Riau hingga Pulau Natuna dengan jaringan laut sepanjang 1.730 kilometer dan darat 545 kilometer.

Paket Tengah untuk Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara, mencakup 1.706 kilometer jaringan laut dan 1.289 jaringan darat.

Baca Juga: Kehadiran Jaringan Palapa Ring Tengah di Kepulauan Sangihe

Paket Timur dirancang untuk NTT, Maluku, Papua Barat dan pedalaman Papua, proyek ini akan membentangkan kabel serat optik sepanjang 4.426 kilometer di laut dan 2.542 kilometer di darat. 

Willam Landeng, pengiusaha Tuna di Kampung Huis seasng berkomunikasi dengan nelayan yang sedang menuju ke tempatnya untuk menjual Ikan Tuna hasil tangkapan mereka di seputaran perairan Sangihe. (Josua Marunduh)

Dengan beroperasinya Palapa Ring akan mendorong berkembangnya industri pariwisata dan logistik di Indonesia timur. Pemerintah menyakini pertumbuhan dua sektor di Indonesia Timur itu sangat lambat karena pertukaran data dan informasi di sana masih sulit. Dengan adanya Palapa Ring, pemerintah meyakini jika persoalan akses internet itu akan bisa teratasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri pariwisata yang tercermin dari sektor penyediaan akomodasi dan makanan/minuman pada kuartal II/2019 mencapai 0,17% secara tahunan. 

Sementara, pertumbuhan industri logistik yang tercermin dari sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal II/2019 mencapai 0,24% secara tahunan. 

Baca Juga: Warga Sangihe dan Tol Langit

Adapun, Palapa Ring terdiri dari tiga paket, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Paket Palapa Ring Barat telah dirampungkan pada tahun lalu. Paket Palapa Ring Tengah selesai dikerjakan pada awal 2019. Sementara, paket Palapa Ring Timur baru rampung di Agustus 2019.

Kegembiraan atas akses jaringan internet yang bertambah kencang juga dirasakan oleh Stenly Cicero Takarendehang, salah seorang warga yang bermukim di Tahuna, pusat peradaban Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Novie Rumbayan (50 Tahun) merupakan salah seorang nelayan Lokal di Pesisir Pantai Santiago, Tahuna, Kabupaten Sangihe. Novie seringkali mengandalkan jariongan internet yang dapat diaksesnya melalui gawai untuk menunjang pekerjaanya sebagai nelayan. Dalam foto ini Nonie sedang melakukan Video Call de (Josua Marunduh)

 

Sejak 2011, Stenly membuka usaha yang berhubungan dengan akses internet. Bermula dari usaha warung internet (warnet) hingga kini dia memutuskan membuka kedai kopi. Perubahan usaha itu dia lakukan lantaran kerap berdiskusi dengan rekan-rekannya yang berada di seberang pulau.

Buat Stenly, akses internet yang kian cepat bakal memudahkan warga Sangihe untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah mereka. Tak cuma pariwisata, Sangihe juga memiliki potensi industri perikanan yang melimpah. Belum lagi, ada komoditas pertanian unggulan, seperti kelapa.

Baca Juga: Jaringan Internet bagi Pelajar Tahuna

Dari bisnisnya itu pula Stenly menaruh harapan besar dengan kehadiran jaringan komunikasi, berupa jaringan internet. Bukan hanya usahanya, termasuk kebutuhan warga. Karena di sejumlah daerah selain kondisi jaringan yang kurang stabil, juga ada yang belum ada jaringan.

Sejumlah warga memanfaatkan layanan internet gratis yang dioperasikan oleh Palapa Ring Barat di Kota Ranai, Pulau Natuna, Kamis, 10 Oktober 2019. Kepulauan Natuna merupakan salah satu daerah yang terhubung oleh Jaringan Koneksi Internet PRB (Palapa Ring Barat) yang dibangun oleh Badan Aksesibilitas ( Agoes Rudianto/National Geographic Indonesia)
 

“Torang anak-anak muda yang ada di Sangihe ini harus melek internet, tetapi jangan melupakan jati diri torang sebagai warga kepulauan, torang harus tau ketika berada di perahu duduk disini pegang pengayung, tetap bisa mengayung, sisi tradisionalnya tetap hidup. Lalu sisi perikannanya tetap harus hidup,” ujar laki-laki kelahiran tahun 1982 itu seraya menebar harapan.

Selain itu, ia pun menegaskan bahwa internet adalah bukan suatu tujuan tapi digunakan betul-betul digunakan sebagai sarana untuk menopang semua potensi yang sudah ada di Sangihe.

Seorang pekerja sedang memikul ikan tuna seberat 34 kg yang dijual ke tempat penjualan ikan tuna milik Willam Landeng yang berlokasi di Kampung Huis, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. (Josua Marunduh)

 

Willam Landeng juga senang saat diberitahu akses internet yang kian dengan beroperasinya Palapa Ring ini. Nelayan yang akrab disapa Pak Itong itu selama ini memanfaatkan akses internet untuk menunjang pekerjaannya.

Begitu pula Novie Rumbayang nelayan ikan tuna. Bapak dua anak ini juga sangat berharap untuk menunjang profesinya sebagai pemancing yang saat ini dia sudah memakai aplikasi untuk mengetahui kondisi cuaca sebelum memancing. Jaringan telepon dan internet menjadi vital buat nelayan Sangihe. Mereka biasanya sebelum menjual ikan, terlebih dulu menghubungi pembeli atau langganannya sebelum merapat ke daratan.

Baca Juga: Akses Teknologi Demi Pendidikan dan Kesehatan di Natuna

“Torang sebelum melaut biasanya buka aplikasi dulu di hape, baliat kondisi cuaca dan dan kecepatan angin. Tapi jaringan biasa ada biasa tidak ada,” keluhnya saat bertemu di pantai Santiago, Tahuna.

Dia berharap adanya perbaikan dan penambahan kualitas dan jangkaukan jaringan telekomunikasi dan internet untuk bisa menunjang pekerjaannya.

Wisatawan melakukan panggilan video saat berkunjung ke Pantai Tanjung, Pulau Natuna, Minggu, 13 Oktober 2019. Kepulauan Natuna merupakan salah satu daerah yang terhubung oleh Jaringan Koneksi Internet PRB (Palapa Ring Barat) yang dibangun oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI (Agoes Rudianto/National Geographic Indonesia)
 

Bukan hanya Novie, Yohanis nelayan pantai Santiago ini yang menggantungkan hidupnya dengan melaut memancing ikan tuna, berharap sama agar kualitas jaringan telepon bisa lebih bagus lagi.

Saat memancing mereka biasanya bermalam di lautan, sehingga membutuhkan komunikasi baik kepada keluarga maupun kepada pembeli ikan langganannya saat mereka mendapatkan ikan.

Palapa Ring telah mengudara, sejumlah asa telah tersiar. Tinggal sekarang bagaimana memanfaatkan teknologi untuk menggali potensi Sangihe agar makin kompetitif dalam era disrupsi ini.