Kisah Suku Samburu Menjaga Kelestarian Alam dan Satwa Liar di Afrika

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 3 Desember 2019 | 13:39 WIB
Keindahan habitat satwa liar di Kenya. (David Chancellor)

Penduduk Afrika sering menyebut anggota suku Samburu sebagai “kupu-kupu”. Ini karena hiasan warna-warni di tubuh mereka.

“Saya selalu berpikir nama Samburu  lebih mengacu kepada cara mereka bermetamorfosis ke tahap baru kehidupan. Mereka berkembang dari anak-anak menjadi pejuang (moran), lalu tetua (mzee),” papar Chancellor.

Orang-orang Samburu mendapat julukan 'kupu-kupu' karena hiasan warna-warni di tubuh mereka. (David Chancellor)

Bagi orang-orang Samburu, kehidupan alam liar sangat suci. Mereka tidak dapat menikah tanpa kotoran gajah dan singa menjadi simbol kekuatan dalam budaya Samburu. Mereka yakin jika ada singa, maka kekeringan tidak akan terjadi.

Baca Juga: 41% Serangga Terancam Punah, Dampaknya Memengaruhi Ekosistem Bumi

Suku Samburu percaya bahwa mereka berasal dari tempat yang sama dengan satwa liar. Beberapa keluarga menjadi bagian dari gajah, sementara yang lainnya mengikuti keluarga singa.

Anggota keluarga singa tidak boleh memburu singa. Begitu pula keluarga gajah yang tidak bisa memburu hewan besar tersebut.

Para penjaga hutan memantau gajah yang baru pulih dari anak panah yang ditembakkan pemburu. (David Chancellor)

Bagaimana Sambura memperlakukan satwa liar memiliki arti penting bagi kita semua. Tanpa adanya dukungan dari orang-orang yang hidup di sekitar alam liar, harapan untuk melestarikan wilayah tersebut sangat kecil.

Namun, dengan adanya orang-orang Samburu, ada ruang untuk konservasi dan mungkin transformasi secara global.