Selama bertahun-tahun, Tembok Berlin menjadi simbol kekejaman Perang Dingin. Namun, pada 1989, penduduk Jerman Timur habis kesabaran. Mereka melangsungkan demonstrasi massal yang menuntut demokrasi. Di satu sisi, blok Soviet juga sedang mengalami kesengsaraan ekonomi dan reformasi politik.
Baca Juga: Diserang Nazi, Raja Inggris Sembunyikan Mahkota Dalam Kaleng Biskuit
Pada 9 November 1989 malam, pemimpin Berlin Timur, Günter Schabowski, mengumumkan akan ada reformasi untuk menanggapi protes tersebut. Namun, banyak yang menganggap bahwa RDJ sebenarnya telah membuka perbatasan.
Saat orang-orang Berlin Timor menerobos gerbang perbatasan, puluhan ribu warga Berlin Barat menyambutnya dengan emosi dan perayaan yang luar biasa. Mereka merayakannya dengan sampanye, musik, dan air mata.
Selanjutnya, penduduk Berlin benar-benar meruntuhkan tembok dengan palu godam dan pahat. Kurang dari sebulan kemudian, RDJ benar-benar hancur dan pada 1990, Jerman kembali bersatu.