Berbahaya, Polusi Udara Berkaitan dengan Risiko Depresi dan Bunuh Diri

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 19 Desember 2019 | 16:28 WIB
Polusi udara. (voaindonesia.com)

Nationalgeographic.co.id - Kita tahu bahwa kadar polusi udara memiliki dampak yang mengkhawatirkan pada tubuh kita, mulai dari membahayakan paru-paru dan jantung, hingga risiko keguguran pada perempuan hamil. 

Namun, sebenarnya tidak hanya kesehatan fisik yang terpengaruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polusi udara menyebabkan masalah kejiwaan pada anak-anak, menimbulkan masalah psikotik, hingga gangguan bipolar. 

Kini, review dan meta-analisis terbaru juga menunjukkan bahwa polusi udara berdampak pada kesehatan mental kita--menyatakan bahwa itu dapat menimbulkan 'kerugian besar'. 

Baca Juga: Mengapa Hewan Laut Kerap Memakan Plastik?

Dipublikasikan pada jurnal Enviromental Health Perspectives, tim peneliti dari University College London (UCL) dan King's College London, menguji data dari 16 negara, mencari bukti hubungan antara polusi udara dengan lima masalah mental: seperti depresi, kecemasan, bipolar, psikosis, dan keinginan bunuh diri. 

Berdasarkan rekomendasi World Health Organization, orang-orang seharusnya tidak boleh terpapar polusi udara lebih dari 10μg/mpartikel debu halus. Namun, bagaimana pun juga, di kota-kota padat seperti New York, London, Delhi, dan Beijing, warganya menghirup polusi di atas batas aman. 

Dalam sebuah studi terbaru, tim peneliti menemukan bahwa kenaikan partikel debu halus (PM 2.5) sebanyak 10μg/m3 dalam waktu panjang dapat meningkatkan risiko depresi hingga 10%.

Di Delhi, PM2.5-nya telah mencapai 114μg/m3, berpotensi menyebabkan jutaan orang mengidap depresi. Dan di London, rata-rata warganya terpapar 12.8μg/m3 partikel debu halus.

Para peneliti yakin, risiko depresi dapat turun 2,5% jika level pencemaran juga menurun sebanyak 10μg/m3

Baca Juga: Busa Putih Beracun Mencemari Pantai di India, Apa Bahayanya?

Mereka mengatakan bahwa penemuannya tidak selalu menunjukkan hubungan sebab akibat antara polusi udara dan masalah kesehatan mental. Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada semacam hubungan antara keduanya.

"Walau kami tidak bisa mengatakan ada sebab-akibat, tapi bukti menunjukkan polusi udara meningkatkan risiko kesehatan mental," kata Dr Joseph Hayes, peneliti senior dari UCL. 

"Yang pasti, mengurangi polusi udara dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental kita dalam banyak cara. Tanpa pencemaran, kita bisa berjalan kaki atau bersepeda tanpa hambatan. Dengan kata lain, mengatasi polusi udara sama dengan mempromosikan bergerak aktif dan memanfaatkan ruang terbuka hijau," pungkasnya.