Kebaikan Anak Muda: Sadari, Kenali, Perbaiki Lingkungan Sekitar

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Rabu, 25 Desember 2019 | 07:43 WIB
Salah satu komunitas yang terlibat dalam gerakan #BijakBerplastik ialah Divers Clean Action (DCA) yang berdiri pada November 2015. (dok. Swietenia/DCA)

Nationalgeographic.co.id - “Aku pernah membawa makanan sendiri ke kantin (sekolah), biar nggak pakai plastik gitu. Eh, di sana diketawain sama ibu-ibu kantinya. Ya udah bodo amat. Kan, fungsinya sama kaya wadah lainnya. Terus kena aku harus malu.”

Kenalkan, Farah Hafizah. Gadis berusia 18 tahun ini bersekolah di SMA Internasional Bina Nusantara Serpong, Tangerang, Banten. Ia baru saja bercerita bagaimana langkah kecilnya untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan sekitarnya.

Farah meyakini langkah kecilnya itu bisa membawa perubahan besar dalam mengatasi sampah plastik di Indonesia. Ia mendapatkan informasi dari rekan-rekannya, sampah plastik telah membuat banyak biota laut mati. Gara-gara sampah plastik, mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus ditemukan mati dengan kondisi perut yang penuh dengan sampah plastik.

Farah Hafizah, salah seorang anggota Bye-bye Plastic Bags Jakarta. (dok. Saya Pilih Bumi)

“Aku peduli lingkungan, karena itu aku gabung dengan Bye-bye Plastic Bags,” bilang Farah. Dari kepeduliannya itu, Farah rajin mengikuti kegiatan yang membahas masalah sampah, terutama sampah plastik.

Mengapa gerakan Bye-bye Plastic Bags menarik perhatian generasi milenial? Dua remaja putri asal Bali, kakak beradik Melati Wijsen dan Isabel Wijsen tercatat sebagai penggagas gerakan ini pada 2015.

Pada waktu itu, mereka masih berusia berusia 12 dan 10 tahun. Menurut Melati dia dan adiknya tergugah untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti kelas mengenai orang-orang yang membawa perubahan di sekolahnya, seperti Nelson Mandela dan Kartini.

Baca Juga: Kolaborasi Multi Pihak Demi Keberlanjutan Lingkungan. Semuanya Dimulai dari Diri Sendiri!

"Waktu kami belajar tentang hal itu, lalu kami berpikir, what can we do as kid. Kami tidak mau menunggu kami sudah selesai sekolah atau dewasa. Kami ingin mulai sekarang," ucap gadis keturunan Belanda itu usai menjadi pembicara dalam APMF 2018 di Badung, Bali, Kamis (3/5/2018).

Melati Wijsen, salah seorang pendiri gerakan Bye Bye Plastic Bags. (Kompas.com/Erlangga Djumena)

"Kami tinggal di Bali, lalu saya berpikir masalah apa yang bisa kita pecahkan. dan kami terpikir mengenai waste plastic, itu masalah besar untuk orang besar. Tetapi kita bisa berperan in our part," tambah dia. Dia menyebut, saat itu terdapat 40 negara yang melarang kantong plastik. "Jadi kami berpikir, kalau 40 negara bisa, ayo Indonesia, ayo Bali, kita pasti bisa," ucapnya penuh semangat.Dia mengaku sebagai anak yang masih kecil, dia dan adiknya tidak mempunyai rencana ataupun strategi apapun saat memulai Bye Bye Plastic. "Hanya pikiran untuk membuat Bali sebagai pulau yang bebas dari kantong plastik, very simple," cetus gadis ini.

Setelah Sedotan Stainless, Perempuan Bisa Lakukan 1 Hal Ini untuk Kurangi Sampah Plastik (iStock)

Dari situlah, kedua gadis cilik itu pun membuat petisi online mengenai Bali bebas dari kantong plastik. Ketika itu mereka langsung mendapat 6.000 dukungan dalam 24 jam. "Saat kami bangun, kami terkejut. Kami reloading, dan terdapat 6.000 penandatangan. Jadi momentum untuk perubahan sudah siap. Artinya publik dan dunia sudah tahu masalah sampah plastik ini besar sekali. Kalau ke Bali, atau tinggal di Bali, kamu bisa lihat, itu masalah besar," papar Melati.

Dapat dukungan secara online, Melati dan Isabel terus bergerak. Mereka pun meminta bantuan temannya untuk mewujudkan ide itu. Mereka segera bergerak ke sekolah-sekolah untuk mengajak rekan-rekan seusia mereka agar peduli terhadap sampah plastik.

Baca Juga: Telisik Sampah Plastik, Bikin Kotor Daratan Hingga Cemari Lautan Kita!

Bahaya sampah plastik (Earthporm)

Jadi, gerakan milenial yang terus membesar itu berhasil menarik simpati Farah yang bersekolah di Serpong, Banten. Mereka semua ingin menjadi agen perubahan.

“Masalah sampah plastik ini memang jadi tanggung jawab kita bersama. Semuanya harus kita mulai dari langkah kecil. Kami juga memulainya dengan bertanggung jawab terhadap sampah dari kemasan yang kami produksi,” papar Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone-AQUA sembari menunjukkan sejumlah program berkelanjutan Danone-AQUA terhadap lingkungan dan masyarakat.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Gaya Hidup Berkelanjutan, Relawan Tunjukkan Kepedulian Lingkungan Kepada Warga Ibu Kota

Menurut Karyanto, gerakan Bye-bye Plastic juga menjadi salah satu mitra kolaborasi Danone-AQUA dalam bagian dari komunitas yang berupaya mengatasi sampah plastik di lingkungan sekitar.

“Kami sadar plastik adalah penemuan penting dalam peradaban manusia, tapi untuk mengatasi dampaknya kami tak bisa bekerja sendiri. Kami harus kolaborasi. Tentu, kami membuka diri berkolaborasi dengan generasi milenial yang menjadi penerus bangsa ini.”