Peneliti: Selain Teknologi, Perlu Inovasi Sosial untuk Atasi Krisis Iklim

By National Geographic Indonesia, Senin, 6 Januari 2020 | 11:38 WIB
Ilustrasi dampak perubahan iklim. (leolintang/Getty Images/iStockphoto)

Ini berarti adanya dukungan yang besar bagi tempat yang mengubah gaya hidup mereka, seperti Freiburg di Jerman, yang telah melarang dan membatasi penggunaan mobil, dan membangun energi terbarukan ke dalam jaringan kota.

Ini juga berarti muncul eksperimen tentang peran masyarakat, seperti adanya koperasi energi di Seoul yang mendanai panel surya melalui pinjaman murah.

Jadi, dukungan terhadap ribuan proyek pangan lokal di seluruh dunia yang tidak tergantung kepada agribisnis dan bisnis daging, juga menurunkan produksi limbah makanan (sepertiga dari makanan dibuang).

Dan, ini juga menunjukkan bahwa mendukung aksi publik, seperti aksi luar biasa Etiopia yang berhasil menanam ratusan juta pohon dalam satu hari, awal tahun ini.

Baca Juga: Jika Perang Nuklir Terjadi, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Bertahan Hidup

Pesan utama dari inovasi sosial adalah bahwa skala perubahan yang diperlukan dalam beberapa tahun mendatang tidak dapat dicapai hanya dengan kebijakan pemerintah dari atas-ke-bawah atau aksi di lapangan semata.

Hal ini akan terlihat dalam perjuangan untuk memenuhi target perjanjian Paris, dan semoga bisa terlampaui. Inovasi sosial memiliki peran penting dalam memobilisasi masyarakat sebagai mitra dalam upaya mencapai target penurunan emisi.

Kita perlu memusatkan energi untuk hasil pada beberapa abad berikutnya. Perubahan harus dipercepat, tidak hanya dalam pengaturan fisik, tetapi juga dalam cara kita hidup dan berhubungan satu sama lain.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris

Penulis: Geoff Mulgan, Chief Executive, Nesta

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.