Nationalgeographic.co.id - Tewasnya perwira tinggi militer Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, akibat serangan udara yang diluncurkan Amerika Serikat pada Jumat (3/1), berdampak pada perjanjian nuklir 2015.
Iran menyatakan bahwa mereka resmi melanggar kesepakatan tersebut dan tidak lagi mematuhi batasan pengayaan uranum yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015. Dengan kata lain, Iran akan kembali melanjutkan program nuklirnya.
Sebagai buntut dari hal ini, pembicaraan mengenai senjata nuklir pun otomatis ikut terangkat. Tidak heran bila kemudian juga berimbas pada pembahasan mengenai perang nuklir. Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika hal tersebut terjadi?
Mengungsi ke tempat terbaik
Belajar dari perang-perang yang terjadi sebelumnya, hindari beberapa tempat strategis seperti pangkalan militer, pusat-pusat kekuasaan dan politik, fasilitas industri strategis, dan tempat-tempat keramaian lainnya.
Oleh karena itu, pergilah menuju daerah seperti pedesaan yang tidak menjadi area strategis. Berlindung sebaik mungkin.
Baca Juga: Alexithymia, Kondisi yang Membuat Seseorang Sulit Mengenali dan Menyampaikan Emosi
Namun sebelum Anda berhasil menuju tempat tersebut, pertimbangkan juga cara yang akan digunakan menuju tempat tersebut. Bila memungkinkan menggunakan kendaraan, pastikan Anda memiliki pasokan bahan bakar yang cukup. Atau pertimbangkan juga jalur yang Anda pilih, untuk menghindari kepadatan lalu-lintas yang terjadi.
Buat ruangan khusus
Bila tidak memungkinkan untuk pergi ke tempat yang jauh, yang aman dari serangan, cara terbaik hanyalah dengan berlindung sebaik mungkin di dalam rumah. Caranya adalah dengan mempersiapkan ruangan perlindungan.
Ruangan dengan dinding tebal di dalam tanah mungkin menjadi pilihan yang paling tepat. Namun sistem sirkulasi udara lah yang juga harus diperhatikan dengan lebih baik, mengingat udara bisa saja terkontaminasi radiasi.
Menurut beberapa laporan, dampak paling kuat atas radiasi nuklir adalah 48 jam setelah ledakan.
Source | : | Dari berbagai sumber |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR