Suhu Ekstrem di Australia, Puluhan Ribu Kelelawar Mati Kepanasan

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 10 Januari 2020 | 15:07 WIB
Puluhan kelelawar rubah terbang berkepala abu-abu yang sekarat, berkumpul bersama agar bisa bertahan hidup pada suhu 43 derajat celsius di Australia. (Doug Gimesy)

Bahaya gelombang panas

Suhu panas yang membuat kelelawar mati kerap terjadi di Yarra Bend Park. “Kami selalu khawatir dengan cuaca panas,” ujar Brend.

Sebuah studi menemukan fakta bahwa antara 1994 dan 2007, ada sekitar 30 ribu rubah terbang berkepala abu-abu mati akibat panas ekstrem di Australia.

Meski begitu, suhu panas di tahun ini benar-benar parah sehingga berkontribusi pada kematian yang luar biasa tinggi. Apalagi, waktunya tepat setelah musim persalinan. Karena bayi-bayi ini masih menyusui, energi induk mereka pun berkurang—membuat keduanya lebih rentan terhadap suhu panas.

Petugas pemadam kebakaran dari Metropolitan Fire Brigade Melbourne menyemprotkan air pada kelelawar yang berkumpul di batang pohon di Yarra Bend Park agar mereka merasa lebih dingin. (Doug Gimesy)

Akhir pekan pertama di bulan Desember sangat panas. Hari-hari selanjutnya bahkan lebih menyiksa hingga puncaknya terjadi pada 20 Desember dengan suhu 110 derajat Fahrenheit (43,3 derajat celsius).

“Kondisi ini sangat menakutkan bagi semua spesies dan terjadi hampir di semua wilayah,” ungkap Brend.

Meski Yarra Bend Park belum dilanda kebakaran, tapi banyak habitat rubah terbang yang terletak di zona api di sepanjang pantai timur Australia.

Sekitar 80% bayi rubah terbang lahir pada bulan Oktober. Waktunya berdekatan dengan panas ekstrem di bulan Desember. Artinya, semua generasi baru dari kelelawar ini yang masih sangat bergantung pada ibunya, paling terdampak gelombang panas di Australia. (Doug Gimesy)

Bermanfaat bagi hutan

Rubah terbang memainkan peran penting di hutan. Menurut Brend, peran ekologi mereka sama besarnya seperti lebah.

Spesies ini membawa benih, menyerbuki pohon, dan menyuburkan hutan pada malam hari. “Kelelawar membutuhkan hutan dan hutan memerlukan kelelawar,” ungkapnya.

“Di tahun yang horor ini, semua spesies menderita. Kita kepanasan, mereka kepanasan, dan ini adalah mimpi buruk,” pungkasnya.