Benarkah Gaya Hidup Minimalis Mampu Bantu Selamatkan Bumi?

By National Geographic Indonesia, Senin, 13 Januari 2020 | 14:21 WIB
ilustrasi Bumi (ipopba)

Nationalgeographic.co.id - Jika semua orang di dunia ini hidup dengan cara yang sama seperti orang Jerman pada umumnya, kita akan membutuhkan nyaris tiga buah planet bumi. Namun jika bergaya hidup seperti orang Amerika, kita pun jadi butuh lima bumi untuk bisa hidup. Demikian menurut perhitungan Global Footprint Network.

Bagaimana jika orang mulai memilih hidup dengan memiliki lebih sedikit barang - dengan demikian juga berarti lebih sedikit bersikap konsumtif. Apakah cukup kita hidup dengan hanya satu bumi?

Di rumahnya, blogger dan podcaster gaya hidup minimalis Elisa Stangl tidak punya sofa atau bahkan tempat tidur. Dia, suaminya, dan anak perempuan mereka yang berusia 2 tahun tidur di atas tikar tatami Jepang di apartemen kecil mereka di daerah Jerman selatan.

"Kami tidak punya banyak barang," katanya kepada DW.

Baca Juga: Semakin Mencair, Gletser Himalaya Berisiko Sebabkan Banjir

Stangl mengadopsi gaya hidup minimalis sewaktu masih mahasiswa. Saat itu alasannya lebih terkait masalah keuangan daripada lingkungan. Namun setelah lulus dan berkeliling dunia, Stangl semakin yakin bahwa dirinya lebih baik hidup dengan hanya sedikit barang. 

Sekarang, Stangl mengatakan motivasi utamanya adalah hidup dengan penuh kesadaran. Dengan punya lebih sedikit barang, berarti dia dan keluarganya bisa fokus pada hal yang penting. Mereka juga butuh lebih sedikit uang, dan karena itu bisa memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hobi seperti berjalan kaki dan menjelajahi alam. Stangl juga percaya bahwa gaya hidup minimalis adalah salah satu cara ia bertanggung jawab terhadap lingkungan.

"Menjalani kehidupan yang penuh kesadaran tidak hanya terkait masalah individu," katanya.

"Jika Anda tahu cara hidup dengan penuh kesadaran, maka Anda tahu bahwa Anda harus menghormati alam, karena Anda hidup dengan alam yang telah memberi sesuatu, maka Anda harus juga memberikan sesuatu (kepada alam)."

Hidup minimalis demi kepuasan pribadi

Dipopulerkan oleh ahli berbenah asal Jepang, Marie Kondo, beberapa tahun belakangan telah muncul gaya hidup minimalis yang bekaitan dengan ide untuk membuat hidup jadi lebih bermakna.

Namun sejumlah besar blog, vlog dan podcast yang mengusung gaya hidup minimalis lebih menitikberatkan pada keuntungan pribadi daripada keuntungan gaya hidup ini bagi lingkungan. Hal ini tercermin dalam penelitian oleh Duke University di Amerika Serikat (AS).