Perkembangan Teknologi Berperan dalam Perubahan Iklim, Mengapa Begitu?

By National Geographic Indonesia, Kamis, 16 Januari 2020 | 17:49 WIB
Dua sisi perkembangan teknologi. Memudahkan dan membuat kita terkadang rentan. (SvetaZi/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Perkembangan dunia modern membawa keuntungan ekonomi digital pada manusia dalam beberapa dekade terakhir ini. Namun, belum banyak yang mengungkap dampak buruk jejak karbon ekonomi digital.

Contohnya, ponsel pintar kita sangat tergantung dari bahan baku yang semakin langka, sistem penyimpanan digital, pusat data, kecerdasan buatan, dan uang elektronik, semuanya menghabiskan banyak energi listrik yang berasal dari pembakaran batubara.

Ini tidak banyak diketahui oleh kebanyakan orang, namun harus dipahami apabila ingin mencapai potensi ekonomi digital yang maksimal.

Baca Juga: Daun Buatan untuk Menghasilkan Bensin Ramah Lingkungan, Seperti Apa?

Perkembangan digital ekonomi dan pertumbuhan ekonomi hijau tidak bisa berjalan bersamaan tanpa ada aksi dengan sistem menyeluruh. Ini justru meningkatkan emisi gas rumah kaca, memperburuk krisis iklim dan mengancam kemanusiaan.

Belum ada definisi universal dari ekonomi digital, namun secara umum kita bisa memahami kegiatan tersebut sebagai aktivitas ekonomi yang menghasilkan uang dari koneksi daring antar individu, bisnis, gawai, data dan proses, mulai dari online banking, memesan taksi, hingga media sosial.

Kita sering memahami ekonomi digital sebagai pengetahuan ekonomi, masyarakat informasi, atau ekonomi internet.

Bentuk ini sangat bergantung pada data dan sudah banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat, contohnya seperti diagnosis medis.

Batubara masih sumber utama internet

Teknologi modern–dari tablet, ponsel pintar, televisi, hingga mobil listrik-sangat tergantung kepada material langka dari Bumi.

Cina merupakan produsen terbesar bahan langka ini di dunia dan mampu memenuhi hampir 70% kebutuhan global per tahunnya.

Namun, proses produksi skala untuk ekstraksi logam di Cina menimbulkan masalah lain, yaitu pencemaran air, udara dan tanah dengan logam berat dan material radioaktif.

Sebuah riset tentang penilaian siklus hidup (life-cycle assessment) dari logam langka tersebut menunjukkan bahwa proses ekstraksi jauh dari ramah lingkungan, memakan banyak energi, dan melepaskan emisi radioaktif.