Elegi Hutan Mangrove tentang Retaknya Hubungan Manusia dan Alam

By Daniel Kurniawan, Kamis, 1 Oktober 2020 | 20:39 WIB
Senja di Taman Pendidikan Bakau Labuhan. (Agoes Rudianto)

Sebuah laporan baru oleh World Economic Forum bekerja sama dengan PWC menilai 163 sektor industri dan rantai pasokannya yang berdampak terhadap keanekaragaman hayati. Pendorong terbesar hilangnya keanekaragaman hayati di darat adalah pertanian dan peternakan. Di lautan, manusia mengambil ikan dari air lebih cepat dari yang dapat mereka reproduksi. Saat ini 63 persen stok ikan mengalami penangkapan ikan berlebihan. Ketika populasi dunia terus tumbuh, kita harus mencari cara untuk menghasilkan lebih banyak makanan tanpa merusak ekosistem planet ini.

Kita perlu mengisi kembali rekening tabungan kita. Saat ini, hanya 7 persen dari laut yang ditunjuk atau direncanakan sebagai kawasan terlindungi. Namun, pada kenyataannya, hanya 2,4 persen yang sepenuhnya dilindungi dari penangkapan ikan dan kegiatan lainnya. Di darat, hanya 15 persen tanah yang dilindungi. Berapa banyak lagi semesta yang perlu kita lindungi?

Baca Juga: Sekolah Mangrove, Bentuk Perjuangan Melestarikan Lingkungan di Pesisir Indramayu

Kelompok Jaka Kencana di Indramayu memanfaatkan aneka buah dan daun mangrove untuk sumber pangan alternatif. (Aulia Erlangga/National Geographic Indonesia)

Ilmu pengetahuan memberitahu kita. Jika kita ingin mencegah kepunahan massal dan keruntuhan sistem pendukung kehidupan kita, kita perlu menjaga setengah dari planet ini dalam keadaan alami. Tantangan bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memulai dengan melindungi setidaknya 30 persen dari planet kita (tanah, air tawar, dan lautan) pada 2030.

Ada tanda-tanda bahwa kita bisa membalikkan keadaan. Vietnam telah kehilangan banyak hutan mangrove daripada negara manapun. Pemerintahnya melihat krisis, lalu menginvestasikan USD1,1 juta untuk memulihkan 12.000 hektar hutan mangrove. Infrastruktur alami ini menghemat USD7,3 juta setiap tahunnya dalam biaya pemeliharaan tanggul dan infrastruktur, serta pencegahan banjir lainnya.

Kisah sukses Vietnam memang terkenal. Namun, hutan mangrove di tempat lain kian menghilang atas nama pembangunan ekonomi yang tidak terkendali. Kita perlu lebih pintar tentang bagaimana kita mengolah tanah, belajar dari kesalahan masa lalu, sehingga kita dapat memiliki bumi yang sehat dan pasokan makanan yang sehat.

Hilangnya keanekaragaman hayati telah menjadi salah satu ancaman utama bagi peradaban kita. Kita harus memimpin orang lain yang “masih tertinggal” di masa lalu. Manusia tidak bisa puas dengan hanya duduk sementara ekosistem terhuyung-huyung di ambang kehancuran. Kita perlu berinvestasi dalam keanekaragaman hayati sebelum akun rekening kita masuk lebih ke dalam zona merah.

Baca Juga: Aksi Konservasi Bakau Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Bangkalan

Tajuk pohon mangrove yang dibiarkan rimbun, beberapa petambak memang membiarkan pohon-pohon mangrove (Lutfi Fauziah)