Nationalgeographic.co.id - Jika Anda berjalan-jalan ke Flores, Nusa Tenggara Timur, jangan lupa untuk mencoba Moke yang dijajakan di sepanjang jalan di beberapa kota di Pulau Flores. Moke adalah minuman beralkohol tradisional Flores yang menjadi simbol ucapan selamat datang, persaudaraan, dan adat di Flores yang sudah turun-temurun.
Meski begitu, jika ada tamu yang tidak dapat mengonsumsi minuman tersebut karena alasan tertentu, mereka boleh menolaknya dengan halus. Orang-orang Flores pun akan menjauhkannya untuk tamu yang tidak dapat meminumnya.
Penjualan Moke di Flores sangat banyak di pinggir jalan seperti bensin eceran. Pemandangan seperti ini umumnya berada di Aimere, sebuah kecamatan di Ngada, hingga dijadikan minuman adat di Sikka dan Maumere.
Baca Juga: Mengunyah 'Permen' Buah Pinang, Tradisi Kebanggaan Tanah Papua
Moke berasal dari pohon Lontar maupun Enau. Umumnya, kadar alkohol yang terdapat di dalamnya sebesar 20-30%. Bahkan di Aimere, salah satu daerah produksi Moke, bisa memproduksi Moke dengan kadar alkohol hingga 70%. Untuk memproduksinya, arak ini memiliki proses yang membutuhkan proses yang memakan waktu lama.
Moke berasal dari pohon lontar dan enau--yang akan diambil adalah bagian buah dan bunga dari pohon tersebut. Pohon yang diambil buah dan bunganya hanyalah yang sudah berusia matang, sekitar 25 tahun.
Kemudian, buah dan bunga tersebut diiris dengan hati-hati menggunakan golok untuk mengeluarkan air yang nantinya akan diproses hingga menjadi Moke. Selain dari buah dan bunga, terkadang produsen Moke juga mengiris pada bagian batang pohonnya.
Umumnya setiap pohon dapat menghasilkan delapan hingga sepuluh liter air dalam sekali produksi.
Air yang sudah dikumpulkan dalam satu tadah, kemudian dimasukkan ke dalam priuk atau kuali untuk dididihkan. Proses pendidihan tersebut akan mengeluarkan uap air. Air dari penguapan inilah yang kemudian dialirkan dengan pipa bambu sepanjang tiga hingga empat meter. Hasil uap tersebut itulah yang menjadi Moke untuk diminum.
Pipa bambu tersebut kemudian dipasangkan dari atas priuk ke wadah yang baru. Umumnya orang-orang Flores dalam memproduksi Moke menggunakan potongan botol air mineral untuk menampungnya.
Baca Juga: Cia Po, Jamu Asal Tionghoa yang Punya Banyak Khasiat Bagi tubuh
Kualitas Moke yang paling enak adalah yang bisa dibakar dan bisa menyala di atasnya. Cara mendapatkannya adalah dengan menyuling kembali Moke, dua hingga tiga kali proses.
Harga Moke akan semakin mahal jika semakin banyak proses penyulingannya. Hal ini disebabkan dalam sekali proses penyulingan membutuhkan waktu selama enam jam.
Moke biasanya dibandrol dengan harga Rp25 ribu hingga Rp50 ribu per botolnya.