Nationalgeographic.co.id— Indonesia terkenal akan budayanya yang beragam. Jika berbicara soal budaya, tidak pernah lepas kaitannya dengan tradisi yang diwariskan turun menurun. Salah satunya mengunyah Papua’s Candy alias “orang Papua punya permen” yang terdiri atas pinang, sirih, dan kapur.
Jika berbicara tentang mengunyah pinang, kegiatan ini sangat identik dengan kehidupan orang tua zaman dulu. Namun, belakangan ini pinang menjadi populer di kalangan anak muda di Papua. Bahkan menarik perhatian wisatawan untuk mencicipinya.
Baca Juga: Perang, Sege dan Jejak Pertanian Masa Lalu
Tradisi mengunyah pinang ini sudah dilakukan sejak berabad-abad lalu. Tidak hanya berfungsi sebagai pencuci mulut, buah pinang memiliki banyak manfaat seperti menambah stamina, menguangatkan gigi dan bagus untuk rahim perempuan.
Bagi masyarakat Papua, permen ini memiliki sensasinya tersendiri--terdapat kombinasi manis keasaman dan rasa seperti pasta gigi. Menurut masyarakat setempat tidak ada makanan atau bumbu lain yang menandingi kenikmatan buah pinang. Mereka meganggap bahwa buah pinang layaknya candu, jika tidak mengunyahnya, maka seperti ada yang hilang dalam hidup.
Tidak hanya di Papua, menginang juga banyak dilakukan banyak daerah di Nusantara. Namun, setiap daerah memiliki khas dan keunikannya masing-masing. Di Pulau Jawa, Sumatra, dan daerah lainnya, biasanya pinang yang dikunyah adalah yang sudah dikeringkan. Berbeda dengan di Papua yang mengunyah pinang mentah.
Baca Juga: Kreasi Anyam Noken Para Janda di Lembah Balim
Perlu diingat, jika mencicipi buah pinang, jangan membuang kulitnya yang sudah dikupas, melainkan harus dimakan secara bersamaan. Dengan mengunyahnya bersama kulit, rasa pinang pun menjadi tidak terlalu pahit.
Saat mengunyah pinang, biasanya masyarakat Papua akan membuang ludah hasil kunyahanya hingga tiga kali. Jika ludah pertama ditelan, akan mambuat pusing dan muntah. Setelah melakukan tiga kali pengunyahan, barulah daging pinang dicocol ke sirih dan kapur, lalu dikunyah kembali.
Mengunyah pinang adalah bentuk quality time orang Papua. Selain bermanfaat sebagai makanan penutup, pinang juga berfungsi sebagai pencair komunikasi.
Source | : | goodnewsfromindonesia |
Penulis | : | Celine Veronica |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR