Dampak Krisis Iklim: Mengganggu Pembangkit Listrik Indonesia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 20 Februari 2020 | 11:34 WIB
Limbah batubara yang menguap dibuang oleh pabrik. (Lutfi Fauziah)

Hujan deras dan kenaikan suhu air laut juga mengakibatkan pembangkit batu bara dan gas berisiko terhambat. Kondisi hujan deras mampu membuat batubara menjadi lembap dan lengket sehingga menurunkan efisiensi produksi tenaga listrik. Sedangkan kenaikan suhu air laut berimbas pada proses pendinginan pembangkit listrik.

Pada bulan April 2016, Handayani menuliskan perubahan suhu air laut mengakibatkan ubur-ubur yang bermigrasi dari perairan Australia yang lebih dingin menyerbu kawasan Laut Jawa dan masuk ke sistem pendingin pembangkit listrik.

Cuaca panas juga memengaruhi efisiensi pembangkit listrik tenaga gas yang mengakibatkan kurangnya udara sebagai elemen pembantu pembakaran gas alam.

Perubahan iklim juga mengakibatkan kekeringan di sejumlah tempat, terutama yang menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga air. 

“Kekeringan yang terjadi di tahun 2011 menurunkan produksi listrik yang dihasilkan PLTA Saguling dan PLTA Cirata, keduanya berlokasi di Jawa Barat, dan diperkirakan kerugian finansial mencapai nilai USD 51.5 juta (sekitar Rp 703 miliar),” tulis Handayani.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa peristiwa perubahan cuaca secara ekstrem telah menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang luar biasa bagi konsumsi listrik.

“Namun, analisis kerentanan sektor listrik Indonesia terhadap perubahan iklim masih kurang secara nasional. Mengingat peran penting sektor ini dalam memenuhi tujuan elektrifikasi dan mitigasi perubahan iklim, negara tersebut harus meningkatkan ketahanan sektor tersebut terhadap perubahan iklim,” tulis Handayani dan para peneliti lainnya dalam makalah laporan penelitian yang diterbitkan 24 September 2019.

Baca Juga: Bagaimana Dampak Perubahan Iklim Pada Wilayah Kutub dan Tropis?

Handayani juga menyarankan pemerintah agar memiliki strategi untuk mengurangi emisi karbon seiring dengan memastikan sektor listrik yang tahan dengan krisis iklim. Selain itu penting pula bagi pemerintah meningkatkan kesadaran pemilik sektor tenaga listrik mengenai konsekuensi perubahan iklim pada kegiatan operasi listrik.

“Strategi tersebut perlu dimasukkan ke dalam National Action Plan for Climate Change Adaptation (Rencana Aksi Nasional untuk Adaptasi Perubahan Iklim) Indonesia, yang sudah dipublikasikan pada tahun 2012,” tulisnya.