Ilmuwan Temukan Fosil Rumput Laut Berusia 1 Miliar Tahun di Tiongkok

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 27 Februari 2020 | 14:41 WIB
Foto dari rumput laut purba yang mengendap pada sedimen laut purba di Tiongkok. (Virginia Tech)

Nationalgeographic.co.id - Miliaran tahun lalu, Bumi masih sangat muda. Ia belum layak huni karena tidak memiliki oksigen. Namun, tak lama kemudian, muncul tumbuh-tumbuhan yang memproduksi oksigen, membuat planet ini cukup aman untuk ditinggali.

Belum lama ini, para ahli paleontologi menemukan tanaman hijau purba yang menjadi moyang bagi seluruh jenis tumbuhan di bumi. Tumbuhan tersebut adalah Proterocladus antiquus, sejenis rumput laut yang fosilnya diperkirakan berusia miliaran tahun lalu dan ditemukan di Kota Dalian, Provinsi Liaoning, Tiongkok.

Baca Juga: Limbah Domestik Masih Dominan dalam Pencemaran Lingkungan Indonesia?

Penelitian yang dipimpin oleh Shuhai Xiao dan Qing Tang dari Department of Geosciences, memaparkan bahwa fosil P. antiquus yang ditemukan tersebut menjadi rekor penemuan baru untuk ganggang tersebut. Sebelumnya, fosil yang ditemukan berusia sekitar 200 juta tahun.

"Tanaman hijau yang kita temui hari ini, membawa kita pada satu miliar tahun lalu, saat mereka berada di lautan sebelum memperluas wilayahnya ke daratan," kata Tang.

Rumput laut yang baru ditemukan tersebut berukuran kecil dengan panjang sekitar 2 milimeter. Meskipun kecil, rumput laut ini memiliki peran besar dalam menghasilkan oksigen dengan berfotosintesis di bawah air.

Berdasarkan pengamatan Xiao, rumput laut tersebut terlihat memiliki banyak cabang dan sel akinetes, serta tumbuh tegak lurus. 

“Secara keseluruhan, ciri-ciri ini sangat menunjukkan bahwa fosil tersebut adalah rumput laut hijau dengan multiseluleritas kompleks yang berusia sekitar 1 miliar tahun. Ini kemungkinan merupakan fosil rumput laut hijau paling awal. Singkatnya, penelitian kami memberi tahu kami bahwa tanaman hijau di mana-mana yang kita lihat saat ini dapat ditelusuri kembali ke setidaknya 1 miliar tahun lalu,” katanya.

Menurut kedua ahli paleontologi tersebut, rumput laut purba ini pernah hidup di laut dangkal yang kemudian mati dan 'terebus' di bawah tumpukan sedimen tebal, yang menyebabkannya terlihat seperti fosil utuh.

Xiao berasumsi bahwa semua tanaman darat berevolusi dari rumput laut hijau. Kemudian mereka bersaing di lautan dengan jenis rumput laut utama lainnya--yakni cokelat dan merah--hingga pada akhirnya mengakibatkan gagalnya transisi yang sama ke darat. 

Ilustrasi Proterocladus antiquus, rumput laut hijau purba yang hadir di laut yang memproduksi oksigen dan karbon dioksida untuk penyokong kehidupan. (Dinghua Yang.)

Baca Juga: Para Arkeolog Temukan Tembok yang Terbuat dari Tulang Manusia