Antrian Panjang Transportasi Massal, Tak Semua Bisa Kerja dari Rumah

By Fikri Muhammad, Senin, 16 Maret 2020 | 14:19 WIB
Antrian Panjang Transjakarta ()

Nationalgeographic.co.id - Hari pertama sejak himbauan WFH (Work From Home) di Jakarta justru menuai respon dari para pengguna transportasi massal seperti Transjakarta dan MRT Jakarta

Pasalnya, terdapat sejumlah antrian panjang di berbagai titik halte Transjakarta dan MRT Jakarta. Ditengah wabah virus Covid-19, banyak warga Jakarta yang masih harus berangkat kerja. Beberapa penumpang menyampaikan aspirasinya melalui akun media sosialnya.

Seperti yang diunggah oleh akun Twitter @kezziaaddina. Ia berkicau bahwa tidak semua orang mendapatkan privillege (hak istimewa) untuk bisa bekerja di rumah. Maka, baik Transjakarta atau MRT Jakarta harus menyediakan transportasi umum untuk orang yang tidak mendapat privillege tersebut. 

Adapula akun Twitter @Julyandinsss yang mengatakan bahwa menunggu 20 menit untuk kedatangan satu bis Transjakarta bukanlah hal yang baik pada jam sibuk. Ia mengerti bahwa kita semua berusaha mengurangi jumlah kasus virus corona. Namun, beberapa kantor masih mengharuskan pekerjanya untuk datang ke kantor.

Selain itu, video antrian panjang juga diunggah oleh akun Twitter @Elsayuuu di Stasiun MRT Jakarta. Terselip pula kicauanya dalam unggahan video berdurasi 11 detik tersebut.

"Antrian gak cukup di luar, sampe dalam pun masih harus antri. Kalo liat kondisi gini jatuh nya peluang penularan virus makin besar. Mau marah tapi gimana ya haha kan gak semua kantor menerapkan wfh @mrtjakarta," kicaunya di Twitter (16/03/2020).

Sementara itu, PT Transjakarta sudah memberitahukan bahwa ada perubahan pola operasi guna menerapkan social distancing dan meminimalisir penularan Covid-19 sejak hari Minggu (15/03/2020) di akun media sosialnya. 

Pemberitahuan itu menjelaskan akan ada perubahan rute selama 16-30 Maret 2020 dengan waktu kedatangan bis 20 menit yang diterapkan pada 13 rute yakni rute 1 Blok M - Kota sampai rute 13 A Puri Beta - Blok M. 

Respon atas membludaknya antrian pun ditanggapi oleh Transjakarta melalui akun Twitternya seperti berikut.

"Sahabat TiJe, antrian di luar halte padat. Kami infokan kembali bahwa waktu tunggu bus 20 menit, dan operasional kami dibatasi. Sahabat TiJe bisa memilih alternatif transportasi lain," Twitter @PT_Transjakarta pukul 08.43 pagi (16/03/2020).

"Terima kasih karena tetap memilih berkendara bersama TiJe. Diharapkan dengan kebijakan perubahan operasi ini dapat mengurangi penyebaran virus COVID-19. Selalu jaga jarak anda dgn sesama pelanggan lain ya sahabat tije :)" unggah @PT_Transjakarta pukul 12.33 siang.

Tidak hanya Transjakarta, MRT Jakarta pun sudah memberitahukan kebijakan yang serupa untuk menghambat penyebaran virus Covid-19. Seperti jam operasional pukul 06.00 - 18.00 WIB, selang waktu kehadiran 20 menit, dan kuota 60 orang per kereta atau 360 orang per rangkaian dengan 4 rangkaian kereta yang beroperasi.

Kedua moda transportasi masa ini sejatinya ingin mendorong publik agar tetap berada di rumah selama tanggal yang yang sudah ditentukan. Sejak Senin lalu, Presiden Jokowi juga sudah meminta masyarakat agar melakukan aktivitas di rumah penyebaran virus Covid-19. Termasuk juga aktivitas pekerjaan.

"Kepada seluruh rakyat Indonesia saya harap tenang, tetap produktif agar penyebaran Covid-19 ini bisa kita hambat dan kita stop. Dengan kondisi ini, saatnya kita bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah," ucap Jokowi di CNNIndonesia.com, Minggu (15/03/2020).

Baca Juga: Apakah Sarung Tangan Dapat Melindungi Kita dari Wabah COVID-19?

Dorongan untuk bekerja di rumah juga dilontarkan oleh wartawan senior Najwa Shihab pada akun Instagram pribadinya.

Najwa berkata bahwa sejak hari ini, Senin, 16 Maret 2020 dirinya dan Narasi.TV sudah mulai untuk bekerja dari rumah. Pekerjaan di luar rumah bisa dilakukan namun dengan catatan, hanya untuk keperluan penting dan tidak bisa diwakilkan saja. 

Menurutnya, Virus Covid-19 adalah virus yang sangat baru, belum banyak yang tahu soal virus ini. Covid-19 mempunyai kemampuan menyebar dengan sangat cepat. Bahkan orang yang terinfeksi tanpa gejala dapat menularkan ke siapa saja. 

Maka itu, ia berpesan agar kita bisa tetap mendukung perilaku soliter (sendiri-sendiri) untuk tetap berada dan bekerja dari rumah, menjaga jarak dan menhindari keramaian. Hingga kemudan perilaku soliter ini bisa menjadi tindakan solidaritas  sebagai langkah efektif untuk mengurangi penularan virus Covid-19.