Akibat Penebangan dan Perburuan, 100 Ribu Orangutan Kalimantan Punah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 26 Maret 2020 | 13:28 WIB
Orang utan kalimantan. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan mengungkapkan bahwa dalam 16 tahun terakhir, ada 100 ribu orangutan yang punah.

Jika Anda membayangkan seberapa banyak 100 ribu orangutan, pernahkah Anda menonton pertandingan sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya? Stadion yang menjadi kandang Persebaya, Surabaya, tersebut berkapasitas 50 ribu orang, dan jumlah orangutan punah adalah dua kali kapasitas stadion tersebut bila terisi penuh para suporter sepak bola.

Baca Juga: Sebelum Berinteraksi dengan Orang Utan di Habitat Asli, Simak Dulu Panduannya

Dalam studi yang dipublikasikan di Cell.com, para ilmuwan melakukan survei data di Kalimantan menggunakan helikopter untuk mengidentifikasi sarang-sarang orangutan di hutan. Mereka menemukan kemerosotan populasi yang sangat tajam pada kawasan hutan yang digunduli dan berubah menjadi kawasan perkebunan.

“Orangutan paling banyak hilang di area hutan yang pohon-pohon tingginya ditebang secara selektif,” tulis para peneliti, dilansir dari The Conversation Indonesia

Orangutan juga kerap dibunuh oleh warga setempat karena dianggap hama bagi ladang dan perkebunan warga. 

Mirisnya, orangutan berkembang biak sangat lambat. Tim peneliti mengungkapkan bahwa sebuah populasi dapat punah jika hanya satu betina yang bisa bereproduksi, sementara 100 orangutan dewasa lenyap setiap tahunnya.

Baca Juga: Melindungi Gorila dari COVID-19, Taman Nasional di Afrika Ditutup

Sisi baiknya, para peneliti juga menemukan bahwa jumlah populasi orangutan lebih banyak daripada yang diduga. Mereka ditemukan berada di beberapa taman nasional di Indonesia dan Malaysia.

“Semakin kita mengetahui tentang orangutan, semakin banyak kita dapati bahwa mereka adalah spesies tangguh yang bisa beradaptasi dengan tantangan-tantangan baru,” tulis para peneliti.

Orang utan di pusat rehabilitasi orang utan di Pangkalan Bun. (Yunaidi Joepoet)

Para peneliti mendapati bahwa orangutan bisa menempuh jarak yang lebih jauh di atas tanah tanpa harus bergantung di pohon. Mereka juga menyesuaikan makanannya dengan sumber daya baru seperti akasia dan kelapa sawit.