Nationalgeographic.co.id – Kebarakan Hutan dan Lahan di Indonesia sudah muncul sejak tiga bulan terakhir. Adanya kebakaran ini menyebabkan bencana kabut asap yang mencemari udara dan mengganggu pernapasan. Dampak kebakaran ini tidak hanya dialami manusia, tetapi juga orangutan yang memiliki susunan DNA nyaris sama dengan manusia.
Hingga bulan Agustus, Badan dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 328.724 hektar hutan dan lahan terbakar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Sudah tiga bulan terakhir, masyarakat dan hewan hidup dalam kepulan kabur asap. Saat ada kabut asap, partikel debu, dan kabon sisa pembakaran dapat masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan reaksi alergi yang memicu infeksi seperti bronkitis dan pneumonia akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Infeksi saluran pernapasan atas terjadi di saluran napas bagian atas seperti di hidung, tenggorokan, dan bronkia. Dengan memiliki kemiripan DNA dengan manusia, orangutan terancam penyakit yang sama dengan manusia.
Menurut Jamartin Sihite, Ketua Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) mengatakan hingga sata ini sudah ada 37 orangutan yang terkena penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Dari data tersebut, sebanyak 31 orangutan muda dibawah empat tahun terkena ISPA.
“Sudah sekitar tiga bulan terpapar kabut asap. Kalau manusia bisa pakai masker, tapi kalau orangutan kan tidak bisa. Jadi tidak heran kalau mereka sakit, DNA-nya hampir sama, penyakitnya juga sama dengan manusia,” pungkas Jamartin dilansir Kompas.com.
Jamartin mengungkapkan bahwa di sekitar kawasan pusat rehabilitasi orangutan yang dikelola oleh Yayasan BOS, baik di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah tidak ada lahan yang terbakar. Namun, api membakar 80 hektar lahan disekitar pusat rehabilitasi.
“Selain itu kami juga butuh vitamin untuk orangutan, ini juga sama dengan vitamin untuk manusia. Karena kalau orangutan kondisi badannya sehat dia bisa lebih tahan terhadap perubahan iklim dan pengaruh lingkungan sekitar,” ujar Jamartin.
Akibat asap karhutla tersebut, kesehatan 355 orangutan di Nyaru Menteng menjadi rentan, baik yang sedang dirawat di pusat rehabilitasi maupun di pulau-pulau prapelepasliaran di sekitarnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Celine Veronica |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR