Pembangkit Listrik Batu Bara Ditutup, Masalah Pernapasan Berkurang

By Aditya Driantama H, Selasa, 21 April 2020 | 13:48 WIB
Ilustrasi asap pabrik. (VanderWolf-Images)

Nationalgeographic.co.id - Pada 2012, sebuah kota di AS mengambil keputusan cukup berani untuk menghentikan operasi salah satu pembangkit listrik tenaga batu bara. Tentunya membawa kontrol emisi yang lebih ketat.

Penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan kesehatan lingkungan di Columbia University pun berusaha melihat kondisi kesehatan pernapasan di Louisville, Kentucky, terkait upaya kota untuk menghentikan produksi batubara.

Antara 2013 dan 2016, stasiun pembangkit listrik bertenaga batubara Cane Run Louisville ditutup dan dihancurkan, sementara tiga pabrik batubara lainnya memasang "belerang sulfur dioksida" ke cerobong asap mereka.

Pada musim semi 2015, perubahan signifikan dirasakan, yakni terjadi pengurangan jumlah polutan udara di Louisville sekitar 55%.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Bagaimana Peningkatan Karbon Pengaruhi Kehidupan Laut

Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan pada Nature Energy, hanya dalam waktu empat tahun, jumlah orang yang mengisi rumah sakit karena serangan asma telah berkurang secara drastis, bahkan banyak warga yang memiliki asma sudah mulai mengurangi penggunaan inhaler.

Efeknya pada pernapasan manusia sangat cepat dan mendalam. Dalam hitungan tahun, para peneliti menghitung bahwa sekitar 400 rumah sakit dan ruang gawat darurat mengalami penurunan pasien serangan asma di Louisville setelah penghentian polusi udara.

Pada bulan setelah pemasangan belerang sulfur dioksida di pabrik Mill Creek pada 2016, para peneliti melihat penurunan 17% alat inhaler yang digunakan oleh pasien asma.

Louisville memiliki kualitas udara yang sangat buruk dalam beberapa dekade sebelumnya. Jadi, ketika sebuah kota memutuskan untuk memperbaikinya, itu memberi para ilmuwan peluang ideal untuk melihat bagaimana penurunan polusi udara memengaruhi kesehatan manusia di dunia saat itu.

Dikenal sebagai AIR Louisville, proyek penelitian ini menggunakan banyak teknik baru, termasuk crowdsourcing dan teknologi baru seperti sensor inhaler elektronik yang terhubung ke aplikasi smartphone, dikombinasikan dengan data yang dikumpulkan dari rumah sakit dengan kode ZIP Jefferson County dan monitor berkualitas udara.

Baca Juga: Sembuhkan Lingkungan Laut, Para Ilmuwan Punya Rencana Dalam 30 Tahun

Dilansir dari website resmi Columbia University Mailman School of Public Health, Walikota Louisville, Greg Fischer, mengatakan bahwa AIR Louisville menyatukan pemerintah lokal, publik dan mitra swasta dan penduduk untuk misi bersama, yakni untuk memanfaatkan data lokal untuk membuat kota lebih baik dan lebih mudah bernafas.

“Kami masih melihat hasil AIR Louisville dalam penelitian ini, yang menunjukkan dampak kesehatan masyarakat dari bekas sumber energi batubara, atau lebih lanjut mengendalikan emisi yang dipicu oleh batubara,” tambah Greg.

Meredith Barrett, ketua penelitian, berharap bahwa bukti ini akan mendorong pejabat pemerintah untuk mendukung standar yang lebih ketat ketika mengatur pembangkit listrik tenaga batu bara dan mendorong ke arah opsi daya yang lebih bersih. Dengan begitu, dapat melindungi kesehatan orang-orang yang tinggal di dekat fasilitas.