Awalnya, Dini memulai biopori di rumah. Dia juga mendaftar menjadi anggota bank sampah. Ia berpikir bagaimana caranya menularkan kehidupan cinta lingkungan ini. Maka, ia pun berusaha menularkanya ke anak dan suami.
Baca Juga: Bank Sampah Kampung Koran Reduksi 35 Ton Sampah DKI Jakarta
"Kecepatan tumbuhnya kesadaran, tidak pernah sebanding dengan laju kerusakan yang kita timbulkan," ujarnya.
Cara kita memperlakukan sisa konsumsi rumah kita sendiri pun banyak yang kurang tepat. Bahkan, setiap hari sampah yang kita buang dalam kondisi tercampur dan ditaruh di satu kantong plastik tanpa dipilah.
Kita menjalani era yang berbeda dengan para pendahulu kita. Sebagai konsumen kita menginginkan kehidupan yang serba mudah, praktis, dan tidak repot. Sementara sebagai produsen kita mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan tingkat usaha tertentu. Inilah yang memunculkan kebiasaan beli-pakai-buang, ungkap Dini.
Lalu, apa yang terjadi jika semua orang melakukan beli-pakai-buang? Berjuta-juta orang mengalami kenyamanan budaya instan ini. Sumber daya dieksploitasi. Konsumen yang melakukan abai tentang penggunaan sekali pakai (tanpa daur ulang) akan berbahaya bagi lingkungan.
Dini menambahkan bahwa dampak kebiasan tadi pastinya meghasilkan sampah yang berpengaruh pada kesehatan, pencemaran air dan tanah, perubahan iklim, gangguan visual, masalah sosial, beban APBD, sampai kepunahan kehidupan.
Dini memulai eksperimenya. Pertama, dia bereksperimen cegah dalam skala rumah tangga. Artinya, dia mengusahakan tidak ada barang yang berpotensi menjadi sampah di rumah. Berbelanja tanpa kemasan, membuat pembersih alami, dan membuat kudapan yang diinginkan anak.
Kedua, eksperimen pilah dalam skala rumah tangga. Pilah sisa konsumsi sesuai kategori dan serahkan ke lembaga pengelola. Seperti menghimpun sampah minyak bekas yang ditampung dan dijadikan biodisel.
Ketiga, eksperimen olah dalam skala rumah tangga. Yakni, upaya mengomposkan sisa konsumsi (sampah dapur), dan membuat ecobricks untuk mengamankan residu.
Dari ketiga ekperimen yang diujicobakan itu ia menemukan prinsip utama bahwa mencegah lebih utama daripada memilah dan mengolah. Karena kedua aktivitas terakhir itu sangat melelahkan. Inilah paradigma pengolahan sampah yang lebih baik menurut Dini.