Akibat Pandemi COVID-19, 1,6 Miliar Pekerja Kehilangan Mata Pencaharian

By National Geographic Indonesia, Kamis, 30 April 2020 | 16:33 WIB
Ruang kerja terbuka di kantor. (monkeybusinessimages)

Nationalgeographic.co.id - Semakin menurunnya jam kerja secara global akibat wabah COVID-19 menyebabkan 1,6 miliar pekerja di perekonomian informal–hampir setengah dari jumlah angkatan kerja global–berada dalam bahaya langsung mengalami kehancuran mata pencarian mereka, demikian Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO) mengingatkan.

Menurut “Monitor ILO edisi ketiga: COVID-19 dan dunia kerja”, penurunan jam kerja di kuartal (kedua) tahun 2020 kini diperkirakan akan semakin buruk dibandingkan estimasi sebelumnya.

Dibandingkan dengan tingkatan sebelum krisis (Q4 2019), saat ini diperkirakan akan terjadi kemorosotan 10,5 persen, setara dengan 305 juta pekerjaan penuh waktu (dengan asumsi 48 jam kerja seminggu). Estimasi sebelumnya adalah penurunan 6,7 persen, setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu. Ini diakibatkan perpanjangan dan perluasan tindakan karantina.

Baca Juga: TIngkatkan Literasi Keuangan di Tengah Pandemi, Berikut Caranya

Secara regional, situasi ini memburuk untuk semua kelompok regional utama. Estimasi memperkirakan 12,4 persen hilangnya jam kerja di Q2 untuk kawasan Amerika (dibandingkan dengan tingkatan sebelum krisis) dan 11,8 persen untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah. Estimasi untuk kelompok-kelompok regional lainnya mendekati angka itu dan semuanya di atas 9,5 persen.

Dampak perekonomian informal

Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, hampir sekitar 1,6 miliar pekerja perekonomian informal (mewakili kelompok paling rentan di pasar kerja), dari sekitar dua juta miliar di seluruh dunia dan 3,3 miliar angkatan kerja global, mengalami kerusakan besar dalam kapasitas mereka untuk memperoleh pendapatan. Hal ini dikarenakan tindakan karantina dan/atau karena mereka bekerja di sektor yang paling terkena imbas pandemi.

Bulan pertama krisis ini diperkirakan mengakibatkan kemorosotan 60 persen dari penghasilan pekerja informal secara global. Bila dirincikan secara kawasan kemerosotan 81 persen terjadi di kawasan Afrika dan Amerika, 21,6 persen di kawasan Asia dan Pasifik dan 70 persen di Eropa dan Asia Tengah.

Tanpa sumber penghasilan alternatif, para pekerja dan keluarganya tidak memiliki sarana apapun untuk bertahan.

Usaha terkena risiko

Proporsi pekerja yang hidup di negara-negara yang merekomendasikan atau mewajibkan penutupan tempat kerja telah menurun dari 81 menjadi 68 persen selama dua minggu terakhir ini. Penurunan dari estimasi sebelumnya, yaitu 81 persen pada monitor edisi kedua (diterbitkan 7 April), utamanya disebabkan oleh perubahan di Tiongkok; sementara di wilayah lainnya penutupan tempat kerja meningkat.

Di seluruh dunia, lebih dari 436 juta usaha menghadapi risiko tinggi gangguan yang serius. Usaha-usaha ini beroperasi di sektor ekonomi yang paling terkena imbas pandemi, termasuk 232 juta di sektor usaha eceran, 111 juta di manufaktur, 51 juta di akomodasi dan jasa makanan dan 42 juta di usaha properti dan kegiatan usaha lainnya.