Kerangka Lengkap “Binatang Gila” dari Benua Kuno Gondwana Ditemukan

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 11 Mei 2020 | 13:07 WIB
Kerangka Adalatherium hui. (Marylou Stewart)

Nationalgeographic.co.id – Sekitar 180 juta tahun lalu, superbenua kuno Gondwana, mulai terpisah—sebuah proses yang menciptakan benua individu seperti sekarang. Pembagian wilayah ini pada akhirnya akan mengarah pada evolusi unik nenek moyang mamalia modern.

Kerap disebut sebagai “binatang buas gila”, kerangka Adalatherium hui mewakili tulang-tulang paling lengkap dari hewan kuno yang hidup di Gondwana—organismenya disebut gondwanatherian. Lokasi unik dari A. hui inilah yang kemungkinan menghasilkan evolusi khasnya.

Gondwana sendiri sebelumnya merupakan kesatuan dari Amerika Selatan, Afrika, Arab, India, Australia, Antarktika—dan sampai sekitar 88 juta tahun lalu—Madagaskar. Di sana, ada beberapa sisa-sisa kerangka yang ditemukan. A. hui sebelumnya hanya diketahui dari beberapa set tulang rahang, gigi, dan sebuah tengkorak. Oleh sebab itu, kehidupan, sejarah, biologi, anatomi dan hubungan filogenetiknya kurang dipahami.

“Kerangka ini mengungkapkan berbagai adaptasi yang tidak biasa dan bahkan unik. Kami menduga, itu disebabkan oleh evolusi dalam lingkungan yang terisolasi,” tulis peneliti pada jurnal Nature.

Baca Juga: Kerangka Manusia Asal Afrika Ini Ungkap Kekejaman Perdagangan Budak

Kini, A.hui diketahui memiliki sejumlah besar vertebra batang, ekor pendek dan lebar, dan sangat terawat sehingga para peneliti bahkan dapat mendeteksi jaringan tulang rawannya.

Meskipun spesimen tersebut diyakini sebagai hewan yang belum dewasa dengan berat hanya 31 kilogram, para peneliti mencatat bahwa itu adalah salah yang terbesar yang ditemukan dari era Mesozoikum Gondwana, sekitar 65 hingga 252 juta tahun lalu. Gigantisme mungkin merupakan hasil dari evolusi pada habitat pulau.

Rekonstruksi Adalatherium hui. (Andrey Atuchin/Denver Museum of Nature & Science.)

“Di antara mamalia, pengaruh paling jelas dan terukur dari evolusi di pulau-pulau itu adalah yang berhubungan dengan ukuran tubuh. Observasi ini mengarahkan pada ‘peraturan pulau’ yang menyatakan bahwa secara evolusi, mamalia kecil di pulau meningkat, dan mamalia besar menyusut ukurannya,” ungkap para peneliti.

Namun, mereka menambahkan bahwa ‘peraturan pulau’ ini juga kontroversial dan belum jelas.

“Sebagai tambahan, evolusi di lingkungan pulau dianggap menghasilkan perubahan dalam anatomi, fisiologi, perilaku dan strategi sejarah kehidupan, serta kekayaan spesies, ketidakseimbangan taksonomi, endemisme tinggi dan tingkat umum 'primitifitas'," imbuh mereka.

Baca Juga: Studi Ungkap Neanderthal Tak Sebodoh yang Diduga Sebelumnya