Meski berada di rumah saja, imbuh Didi, penggiat fotografi ponsel tetap bisa bereksplorasi dengan kreativitas. Kompetisi fotografi dari vivo tahun ini terbukti kembali menghadirkan karya-karya luar biasa.
“Keadaan minim cahaya telah terbukti tidak menjadi kendala penggiat fotografi menggunakan gawai,” ujar Didi.
Sama halnya dengan Didi, Rahmad Azhar Utomo, fotografer National Geographic Indonesia dan salah satu dewan juri, juga mengaku terkesan dengan peserta yang telah mengirimkan karya.
Dewan juri, imbuh Azhar, bahkan harus berdebat sengit untuk memutuskan pemenang kompetisi fotografi Perfect Night Perfect You.
Baca Juga: Fotografi Ponsel, Hati riang Selama Perjalanan dan Bisa Tambah Penghasilan!
Azhar menambahkan, hasil bidikan tiga pemenang kompetisi bisa menjadi inspirasi bagi pecinta fotografi lain dalam mengeksplorasi fotografi ponsel low-light, human interest, dan portrait photography. Selain itu, karya tiga pemenang ini juga kaya akan makna mendalam.
Foto Nico yang terpilih menjadi juara pertama, misalnya. Secara teknik, Nico berhasil mengombinasikan beberapa unsur ide baru dalam portrait photography. Bukan itu saja, komposisi foto bidikan Nico juga memancarkan makna yang kuat.
“Tentang secercah harapan yang menyala di tengah pandemi corona yang dibungkus dalam suasana Ramadhan. Sosok sang ibu pun tergambar merindukan anak tercintanya yang terselip dalam Al-Quran. Kisah yang hampir bisa kita rasakan bersama,” ungkap Azhar.
Kemudian, foto juara kedua hasil bidikan Ikhsan mampu mendobrak stereotip bahwa foto low-light harus dihasilkan di malam hari.
Ikhsan sendiri mengambil foto “Tadarus Al-Quran” pada siang hari saat cahaya matahari bersinar terang.
“Suasana rumah yang teduh, damai, dan pancaran sinar matahari yang menembus jendela tergambar dari bingkai foto ini menenteramkan jiwa sesaat bagi siapa saja yang melihat,” terang Azhar menjelaskan impresi yang didapat dari foto bidikan Ikhsan.