Nationalgeographic.co.id – Beberapa orang mengalami nasib buruk dan terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan–bahkan mengancam nyawa mereka.
Berikut ada kisah mengenai lima orang yang berusaha bertahan hidup dalam kondisi penuh bahaya.
Aron Ralston
Jika Anda pernah menonton film 127 Hours, Anda pasti mengetahui kisah Aron Ralston.
Pada 2003, Ralston sedang menjelajahi Bluejohn Canyon seorang diri. Ketika dia turun ke salah satu ngarai yang jauh dan sempit, sebuah batu tiba-tiba jatuh dan menjepit lengan kanannya. Membuat Ralston terjebak di posisi yang sama berhari-hari.
Selama lima hari, Ralston mencoba bertahan hidup dengan air dan camilan yang ia bawa sebelumnya. Ralston berharap seseorang akan menemukannya. Masalahnya, lokasi tempat dia terjebak sangat terpencil. Selain itu, Ralston tidak mengabari siapa pun bahwa dia akan pergi ke Bluejohn Canyon.
Baca Juga: Kehidupan Anak-anak Kerajaan yang Diabadikan dalam Potret Kuno
Sadar bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah ditemukan di tempat tersebut, Ralston terpaksa mengamputasi lengannya yang terjebak batu. Ralston memotong tulangnya dengan pisau yang dia bawa.
Setelah membebaskan diri, Ralston berjalan tujuh mil untuk kembali ke truknya. Dalam perjalanan, Ralston beruntung karena bertemu dengan sebuah keluarga yang akhirnya menyelamatkannya.
Ralston kehilangan 40 pounds (18 kilogram) selama terjebak. Entah bagaimana, tapi sungguh keajaiban ia tidak kehabisan darah dan meninggal.
Saat ini, Ralston tetap melanjutkan hobinya mendaki gunung. Dan berkat kisah hidupnya, ia kini juga menjadi seorang pembicara motivasi.
Sir Douglas Mawson
Douglas Mawson merupakan ahli geologi dan petualang asal Australia. Ia terkenal karena pernah menjelajahi benua beku pada 1912.
Pada bulan Desember di tahun tersebut, Mawson dan dua anggota ekspedisi lainnya, meninggalkan markas di Commonwealth Bay dan berencana menempuh perjalanan 300 mil ke pedalaman bedua untuk mengumpulkan spesimen dan data ilmiah. Namun, yang terjadi selanjutnya adalah tragedi.
Salah satu anggota ekspedisi, tentara Inggris bernama Belgrave Ninnis, jatuh ke dalam ceruk bersama dengan anjing penjaga dan persediaan tim.
Selama beberapa minggu, dua anggota lainnya yang terkena penyakit kudis, berjuang untuk kembali ke markas utama dalam keadaan lapar. Di minggu pertama, mereka berhasil bertahan hidup dengan memakan daging anjing yang masih hidup dan tidak ikut jatuh ke dalam ceruk.
Sayangnya, Xavier Mertz, akhirnya menyerah dan tidak dapat bertahan hidup. Ia meninggal karena kelelahan, kelaparan, dan kemungkina keracunan karena memakan hati anjing.
Bertekad untuk kembali dengan data penelitian, Mawson bertahan selama 30 hari sebelum akhirnya sampai ke markas pada Februari 2013 dalam keadaan kurus, membeku, dan kelelahan.
Meskipun dianggap sebagai pahlawan yang selamat, tapi beberapa orang mempertanyakan tindakan ekstrem apa yang diambilnya untuk bertahan hidup.
Biografi Mawson yang terbit pada 2013 menyatakan bahwa ia mungkin sengaja membuat Mertz kelaparan untuk mempercepat kematian rekannya tersebut. Namun, keturunan Mawson menyangkal dan mengutuk tuduhan itu.
Mauro Prosperi
Mauro Prosperi merupakan petugas kepolisian Italia yang menarik perhatian dunia setelah menghilang di Gurun Sahara pada 1994. Saat itu, ia ambil bagian dalam Marathon on the Sands di Maroko. Para peserta diwajibkan bertahan selama enam hari di lingkungan paling kering dan tandus di Bumi.
Selama perlombaan berlangsung, badai pasir menyebabkan Prosperi mengalami disorientasi dan kehilangan arah.
Satu hari setelah keluar dari jalur, ia menemukan dirinya di sebuah kuil Muslim yang terbengkalai di Aljazair.
Agar bisa bertahan hidup, Prosperi membunuh dan memakan kelelawar hidup-hidup. Untuk memenuhi asupan cairan, ia terpaksa meminum urinenya sendiri, menjilat embun, dan mengisap kelembapan dari tisu basah.
Frustasi karena merasa tidak akan pernah ditemukan, Prosperi memotong pergelangan tangannya dengan pisau. Namun, karena cuaca sangat panas, itu mengeringkan luka-lukanya dengan cepat. Prosperi pun terpaksa kembali ke padang pasir dan berusaha mencari bantuan.
Selama sembilan hari, dia berjalan melintasi padang pasir dan memakan serangga serta reptil. Akhirnya, Prosperi menemukan sebuah desa kecil. Dari sana, ia dilarikan ke rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa fungsi hatinya hampir rusak.
Berjalan selama 180 mil, Prosperi kehilangan berat sebanyak 15 kilogram. Perlu waktu beberapa bulan sebelum ia bisa mengonsumsi makanan padat lagi.
Terlepas dari apa yang dialaminya, Prosperi tidak mengalami trauma. Ia bahkan tetap menjadi pelari dan mengikuti perlombaan pada 2012.
José Salvador Alvarenga
José Salvador Alvarenga adalah seorang nelayan yang terapung di lautan selama 13 bulan. Ia merupakan orang pertama dalam sejarah yang berhasil bertahan hidup di kapal kecil yang mengambang di laut selama lebih dari setahun.
Pada 17 November 2012, Alvarenga berlayar bersama dengan nelayan muda bernama Ezequiel Cordoba. Berangkat dari desa nelayan di selatan Meksiko, mereka berencana menghabiskan waktu 30 jam untuk memburu hiu, tuna, dan ikan mahi mahi.
Beberapa jam setelah berlayar, sebuah badai menyerang mereka selama lima hari. Alvarenga menghubungi bosnya melalui panggilan radio untuk meminta bantuan. Namun sayangnya, alat tersebut rusak akibat badai. Mesin kapal pun juga mengalami kerusakan.
Tanpa persediaan makanan, dua nelayan ini bertahan hidup dengan mengonsumsi ikan mentah, penyu, dan ubur-ubur. Mereka meminum air hujan dan darah penyu.
Saat minggu berganti bulan, Cordoba sakit parah karena terlalu sering makan daging mentah. Ia pun meninggal tak lama kemudian.
Alvarenga kemudian menghabiskan waktu sembilan bulan sendirian di laut, sampai ia terdampar di Marshall Islands.
Perjuangan Alvarenga ini berlangsung selama 438 hari dan perjalanannya mencapai 5.500 hingga 6.700 mil.
Baca Juga: Perang Trafalgar: Kekalahan Armada Laut Napoleon oleh Tentara Inggris
Ricky Megee
Pada 23 Januari 2006, Ricky Meege sedang menyetir di wilayah Australian Outback ketika ia dicegat oleh sekelompok orang. Keesokan harinya, ia tiba-tiba terbangun dalam sebuah liang kubur dengan tubuh terbungkus plastik.
Tidak mampu menemukan mobilnya dan tak mengerti lokasi di mana ia berada, Megee dipaksa bertahan hidup selama 71 hari di medan yang berat dan berbahaya.
Dia membangun tempat berlindung menggunakan ranting dan daun. Megee hidup dari makan katak, lintah, ular, dan meminum air unrinenya sendiri.
Di malam hari, ia membatasi ‘tempat perlindungannya’ dengan batu agar anjing liar tidak mencoba memakannya saat tidur.
Suatu hari, seorang pekerja dari peternakan sapi tanpa sengaja menemukan Megee yang sudah sangat kurus karena kehieangan berat badan sebanyak 45 kilogram. Ia pun dibawa ke rumah sakit setempat dan dirawat selama beberapa waktu karena kekurangan gizi dan dehidrasi parah.