Agar Pasien Biasa Tidak Tertular COVID-19 di Rumah Sakit, Ini Strategi yang Harus Dilakukan

By National Geographic Indonesia, Kamis, 28 Mei 2020 | 10:34 WIB
Pasien Corona di Amerika Serikat ()

4. Konsultasi dokter dengan telekonsultasi

Konsultasi antara dokter dan pasien dapat menggunakan telekonsultasi (aplikasi) agar dapat membantu mengurangi beban konsultasi rutin dan sekaligus dapat menghindari risiko penularan virus corona.

HaloDoc, AloDokter, MeetDoc dan berbagai layanan telekonsultasi lainnya sudah mulai mengisi ceruk ini, tapi dengan sistem pembayaran mandiri.

BPJS Kesehatan dapat mempertimbangkan bolehnya melanjutkan resep obat kronis yang sudah diderita seperti jantung, stroke, dan parkinson melalui metode ini tanpa perlu tatap muka selama masa tanggap COVID-19.

Selain itu penggunaan booking online dan sistem kupon perlu dibuat agar antrean tidak terjadi di Puskesmas atau rumah sakit sehingga prinsip menjaga jarak sosial terlaksana. Untuk kelompok yang tidak menggunakan internet dapat digerakkan kembali kader dan Ibu PKK untuk membantu mengurus jadwal konsultasi.

5. Perlu panduan alokasi ICU dan ventilator bagi pasien COVID-19 dan non-COVID-19

Asosiasi profesi, perhimpunan kedokteran, Satgas COVID-19 dan pemerintah mestinya mulai mengatur pertimbangan dalam alokasi alat-alat vital seperti ventilator pada masa krisis kesehatan.

Dengan keterbatasan Indonesia yang memiliki rasio tempat tidur ICU 2,7 per 100.000 penduduk, alokasi alat-alat ini bagi pasien non-COVID-19 seperti dengan infeksi berat (sepsis), dan paska komplikasi kehamilan juga harus dipertimbangkan pada tingkat nasional dan wilayah.

Baca Juga: Tidur Berperan dalam Menjaga Kekebalan Tubuh, Ini 3 Cara Agar Tidur Nyenyak

Hingga saat ini di Indonesia belum ada protokol nasional untuk hal tersebut, kebijakan diserahkan kepada rumah sakit yang dapat memberikan tekanan tambahan pada tenaga medis.

Akhir kata, saat kita mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan COVID-19 jangan sampai mengorbankan pasien lain dengan penyakit di luar COVID-19 yang tetap memerlukan pengobatan dan tidak berkurang jumlahnya.

Jangan sampai nanti usai wabah ini kita melihat ke belakang bahwa ada banyak kematian yang timbul pada saat ini bukan karena penyakit COVID-19 tapi karena penyakit yang sudah ada yang tidak dapat tertangani.

Penulis: Anthony Paulo Sunjaya, Scientia Doctoral Researcher, The George Institute for Global Health, UNSW Sydney, UNSW

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.