Empat Tanda Anda Meremehkan dan Merendahkan Penyakit Mental

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 4 Juni 2020 | 17:19 WIB
Tahung 2017 dianggap tahun terburuk karena banyak warga dunia yang merasa lebih sedih. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Konsekuensi dari stigma penyakit mental sangat luas. Itu membuat pengidap penyakit mental terlihat buruk–yang sama sekali tidak benar–dan bisa mencegah seseorang mencari bantuan terkait kondisinya.

Bagian terburuknya? Banyak orang yang berkontribusi menciptakan stigma  tersebut. Anda pun mungkin pernah meremehkan penyakit mental tanpa disadari. Berikut kelima tandanya:

Dengan mudah menggunakan istilah “depresi

Mungkin, ada teman Anda yang sedih berlebihan akibat masalah yang sedang dihadapinya. Namun, dibanding menghiburnya, Anda lebih memilih menghakiminya dengan mengatakan bahwa ia mengidap depresi. Ini merupakan salah satu contoh Anda merendahkan penyakit mental.

Baca Juga: Mengapa Sulit Menahan Diri Agar Tidak Menyentuh Wajah Kita?

“Kesadaran berbahasa sangat penting,” ujar Shari Harding, ahli kesehatan mental dan profesor keperawatan di Regis College.

“Kita mungkin sering berlebihan dalam menghadapi sesuatu, tetapi penting sekali untuk menghindari penyalahgunaan bahasa,” tambahnya. Jangan asal menggunakan kata depresi.

Menyalahkan penyakit mental untuk kasus kejahatan

Banyak orang mengaitkan penyakit mental dengan praktek kejahatan. Salah satunya kasus penembakkan massal di Amerika Serikat. Padahal, menurut penelitian, orang-orang dengan gangguan mental cenderung menjadi korban kekerasan, bukan pelaku.

Sebuah studi pada 2015 juga menunjukkan bahwa hanya ada 5% pelaku penembakan massal yang mengidap penyakit mental.

Menyebut pengidap penyakit mental sebagai “orang gila”

Sering sekali frasa “orang gila” digunakan untuk menghina seseorang dengan penyakit mental. Istilah yang cenderung merendahkan inilah yang pada akhirnya semakin melanggengkan gagasan tidak akurat mengenai penyakit mental.