Menurut Dan Reidenberg, direktur eksekutif Suicide Awareness Voices of Education, adanya stigma membuat pengidap penyakit mental merasa malu dan takut untuk mencari bantuan.
“Komentar-komentar tidak sopan itu yang mengacaukan pikiran mereka. Banyak orang menganggap sebutan 'orang gila' sebagai hal sepele, namun kenyataannya, itu melukai hati mereka yang memiliki masalah mental,” paparnya.
Mendiskriminasi pengidap penyakit mental
Jika ada pengidap penyakit mental yang menunjukkan perilaku abnormal, banyak orang akan menghujatnya. Menurut Laura Nitzberg, asisten direktur untuk kerja sosial psikiater di University of Michigan Medical Center mengatakan, hal tersebut menunjukkan sikap negatif terhadap gangguan mental.
“Kita perlu melihat diri sendiri ketika berada di sekitar orang yang mengidap penyakit mental. Kita perlu mengatasi prasangka dan bias yang diciptakan sendiri,” katanya.
Baca Juga: Potret Duka dan Kemarahan yang Menyatu di Minneapolis
Yang perlu digarisbawahi adalah: penyakit mental harus diperlakukan dengan sensitivitas dan pemahaman yang sama dengan penyakit fisik.
Semua orang harus menyadari bahwa mereka mungkin juga mendorong stigma buruk yang berkembang di masyarakat dan harus segera mengoreksinya. “Kita semua memliki peran untuk mengurangi dan menghilangkan stigma terkait penyakit mental,” kata Reidenberg.
“Jika Anda mendengar seseorang mengatakan hal buruk tentang gangguan mental, tegurlah dia. Jika membaca sesuatu yang salah tentang penyakit mental, jelaskan kepada orang lain bahwa itu tidak benar. Yang paling penting, coba lihat cermin dan tanyakan pada diri sendiri: ‘Apakah saya ingin menjadi seseorang yang mendiskriminasi orang lain hanya karena penyakitnya?’” pungkasnya.