Foto-foto dari Penemuan Makam Tutankhamun Pada 1922 Dibuat Berwarna

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 15 Juni 2020 | 16:28 WIB
Howard Carter saat membuka makam Raja Tutankhamun. ( Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

Nationalgeographic.co.id – Foto-foto yang diambil saat penemuan makam Raja Tutankhamun pada 1922 telah direstorasi dan mengalami pemulihan warna. Hasillnya menunjukkan detail menakjubkan dari Egyptologi (ilmu pengetahuan Mesir) selama beberapa abad terakhir.

Harru Burton, yang dikenal dengan julukan The Pharaoh’s Photographer, merupakan ahli Egyptology dan fotografer yang ditugaskan Metropolitan Museum’s Egyptian Expedition untuk memotret proses penggalian beberapa situs kuno di Mesir. Salah satu di antaranya adalah penemuan makam Raja Tutankhamun pada 1922 oleh arkeolog Howard Carter.

Baca Juga: Penemuan-Penemuan Peradaban Sumeria Kuno yang Mengubah Dunia

Menurut Met Museum, Burton memproduksi dan mencetak lebih dari 14 ribu negatif kaca antara tahun 1914 hingga kematiannya pada 1940. Sebagian besar tersimpan dalam arsip Department of Egyptian Art.

Foto hitam putih yang ikonik, kemudian disempurnakan dan didigitalisasi menggunakan Dynamichrome untuk pameran pada 2015. Proses pewarnaan menggunakan alat digital ini dilakukan untuk memulihkan kerusakan yang terjadi pada negatif aslinya kemudian mencangkok setiap lapisan warna.

()

Desember 1922, Makam Tutankhamun. Patung-patung penjaga mengawasi pintu tertutup yang menuju ke Kamar Pemakaman Raja. (Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

()

Desember 1923, Makam Tutankhamun | Kain linen, dihiasi dengan 'roset' perunggu di dalam dinding kuil emas. (Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

Dynamichrome telah digunakan pada foto-foto bersejarah dari seluruh dunia. Memberikan gambaran lebih detail dari tempat kejadian yang mungkin mirip dengan apa yang dilihat oleh fotografer asli pada saat penemuan.

()

Mumi Tutankhamun. (Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

()

Turis memadati makam. (Griffith Institute, University of Oxford/Colorized by Dynamichrome)

Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Bukti Hubungan Parasitisme Tertua yang Pernah Ditemukan

Raja Tutankhamun sendiri mengambil alih kepemimpinan Dinasti Mesir ke-18 saat berusia sembilan tahun, setelah ayahnya meninggal. Ia tidak memerintah dalam waktu lama karena mati muda—meninggalkan beberapa spekulasi. Studi yang dipublikasikan pada 2010 di Journal of American Medical Association, menemukan bahwa Raja Tut kemungkinan meninggal karena malaria atau infeksi lainnya.

Musim gugur tahun lalu, peti mati berlapis emas Tutankhamun telah dipugar oleh Grand Egyptian Museum yang saat itu menyimpan lebih dari 100 ribu artefak, 3.500 di antaranya milik Raja Tut sendiri.