Mengapa Korea terbagi?
Pada Agustus 1945, dua negara superpower tersebut, membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea. Selama tiga tahun ke depan (1945-1948), tentara dan perwakilan Soviet, membangun rezim komunis di wilayah utara. Sementara di bagian selatan, pemerintah militer dibentuk–sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat.
Saat kebijakan Soviet ditujukan untuk para buruh dan petani, warga Korea kelas menengah terbang ke selatan. Di sana, rezim yang didukung Amerika Serikat jelas disukai oleh para antikomunis dan pendukung sayap kanan.
“Tujuan utamanya adalah membiarkan orang-orang Korea menyelesaikan sendiri masalahnya. Namun, Perang Dingin turut campur tangan….Dan segala sesuatu yang dicoba untuk menemukan jalan tengah untuk menyatukan kembali semenanjung itu digagalkan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat. Mereka tidak ingin menyerah satu sama lain,” papar Robinson.
Pada 1948, Amerika Serikat meminta PBB untuk menyelenggarakan pemungutan suara. Setelah utara menolak untuk berpartisipasi, pihak selatan membentuk pemerintahannya sendiri di Seoul–dipimpin oleh Syngman Rhee yang sangat antikomunis.
Tidak lama kemudian, utara mendirikan negara komunis dengan Kim Il Sung sebagai perdana menteri pertama. Ibu kotanya terletak di Pyongyang.
Perang Korea (1950-1953) yang membunuh sekitar 2,5 juta orang, sedikit menjawab pertanyaan tentang rezim mana yang paling “mewakili” Korea. Yang pasti, Amerika Serikat menjadi musuh utama Korea Utara saat mereka membom desa dan kota-kota di utara semenanjung.
Perang tersebut meratakan Korea dan merusak setiap kota.
Gencatan senjata untuk mengakhiri konflik pada 1953, menyisakan negara yang semakin terpecah. Zona demiliterisasi (DMZ) lalu didirikan untuk membelah semenanjung Korea. Hingga saat ini, tidak ada perjanjian damai yang ditandangani. Secara teknis, kedua negara ini masih dalam status perang.
Tidak seperti pemisahan negara era Perang Dingin lain, di zona perbatasan Korea Utara dan Selatan, hanya ada sedikit pergerakan.
Baca Juga: Mengapa Jimmy Carter Memerintahkan AS untuk Memboikot Olimpiade 1980?
Menurut Robinson, garis batas itu benar-benar tertutup rapat. Ini menjelaskan mengapa negara yang dulu pernah menjadi satu ini, memiliki sistem pemerintahan yang amat berbeda.
Melanjutkan hubungan dengan Amerika Serikat, Korea Selatan berhasil mengembangkan ekonomi yang kuat. Dalam beberapa dekade terakhir, negara gingseng ini yakin melangkah menuju negara demokratis.
Sementara itu, Korea Utara tetap menjadi negara terisolasi dengan perkembangan ekonomi yang rendah. Negara komunis ini dipimpin oleh satu keluarga selama tiga generasi.