Dari Stasiun Solo Balapan Sampai Istana, Menapaki Wangsa Mangkunegaran

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 27 Juni 2020 | 00:29 WIB
Prangwedanan di Puro Mangkunegaran. Di sinilah setiap pangeran yang akan menjadi Adipati Mangkunegara dilantik sebelum menempati takhta singgasana.
Prangwedanan di Puro Mangkunegaran. Di sinilah setiap pangeran yang akan menjadi Adipati Mangkunegara dilantik sebelum menempati takhta singgasana. (Alfonsus Aditya)

Ponten

Nama Ponten berasal dari bahasa Belanda “Fontein” yang berarti air mancur. Bangunan ini merupakan sebuah pancuran atau tempat pemandian umum di tengah kota Surakarta.

Ponten dibangun pada masa Mangkunegara VII dan dirancang oleh Thomas Karsten. “Arsitektur Ponten bergaya Indische, tapi tetap ada unsur Jawa seperti bentuk candi. Jadi, bangunannya gabungan arsitektur Jawa-Eropa,” kata Agung.

Mendapat pendidikan di Eropa dan tinggal di sana selama bertahun-tahun memengaruhi jalan pikiran Mangkunegara VII. Ia melihat bagaimana Belanda dan Prancis menjaga kebersihan dan kesehatan warganya. Hal inilah yang membuat Mangkunegara VII akhirnya membangun Ponten.

Raja juga membangun MCK di setiap kampung untuk menjaga kebersihan warga dan bahkan mengharuskan menjemur bantal, guling, dan tikar pada setiap Hari Rabu.

 

Mintorogo, keturunan Mangkunegara I, menempati rumah yang bertahun 1757. Rumah ini diyakini menjadi persinggahan Mangkunegara I.
Mintorogo, keturunan Mangkunegara I, menempati rumah yang bertahun 1757. Rumah ini diyakini menjadi persinggahan Mangkunegara I. (National Geographic Indonesia)

Rumah Awal Mangkunegara

Setelah berjalan kaki di beberapa tempat, saatnya kita ‘berisitirahat’ di sebuah rumah bersejarah. Tempat yang dikunjungi selanjutnya merupakan rumah awal Raden Mas Said yang bergelar Mangkunegara I.

Disambut oleh Mintorogo, sang pemilik rumah saat ini yang merupakan turunan trah Mangkunegara I, peserta diajak melihat ruangan-ruangan yang ada di dalamnya.

Kondisi rumah masih sangat terjaga dan kayu-kayu yang digunakan masih orsinil--belum ada penggantian sama sekali. Hanya ada satu tiang penyangga plafon saja yang sudah diganti. Kayu jati yang digunakan pun berasal dari hutan Donoloyo milik Kasunanan Surakarta yang sangat terkenal sebagai penghasil kayu jati terbaik di Tanah Jawa.

Legiun Mangkunegaran—Korps militer pada masa Mangkunegara II yang menandai warisan Daendels di kota ini. Gayanya mengadopsi pasukan Grand Armee Napoleon Bonaparte. (Alfonsus Aditya )

Legion de Mangkunegaran