Labuan Bajo Tak Hanya Komodo, Ada Aroma Juria Mengguncang Dunia

By Agni Malagina, Kamis, 2 Juli 2020 | 17:42 WIB
Bony Romas dan istrinya Maria Aloysia Sri Lestari berada di kedai Kopi Mane Labuan Bajo. Ia bersama para pengusaha kopi lainnya dan pemerintah bersama membentuk MPIG Kopi Arabika Flores. (Agni Malagina)

Nationalgeographic.co.id - Sore hari, secangkir kopi tubruk panas ditemani seporsi pisang goreng menjadi kudapan sembari bercakap bersama sahabat-sahabat. Seruput kopi organik Arabika bertajuk Juria  yang memiliki aroma sekilas tembakau di kedai Kopi Mane (kopi sore hari) pun menjadi pengalaman tak terlupa sore itu. Nama cantik yang baru saya dengar, Juria. Apa sih Juria itu?

Wenti Romas (32) pemilik Kopi Mane menjawab,”Juria itu disebut Mother of Flores Coffee, mulai ditanam di Flores tahun 1937 dan menjadi legenda perkopian Flores!”

Ya, masuknya kopi ke tanah Flores dan Timor berhubungan dengan kegiatan misionaris pada abad 19 sampai awal abad 20. Sejak tahun 1990an kopi mulai dibudidayakan dan kini kopi Flores pun dinobatkan menjadi salah satu kopi terbaik di dunia! Tahun 2014 tercatat Manggarai Raya memiliki lahan kebun kopi seluas hampir 20.000 hektar dengan jumlah produksi kopi sekitar 10.243 ton. 

Kopi Arabika Juria yang mendunia ditanam di perkebunan kopi wilayah Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. (Agni Malagina)

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Juria nan istemewa memiliki keunggulan diantaranya yaitu mempunyai cita rasa yang unik, ada rasa caramel, tembakau serta rampah dalam sekali sruput. Bahkan Pencinta kopi di Madrid, memberikan julukan Legal Drug Coffee karena membuat orang ketagihan bila telah mencoba kopi ini.

Menurutnya tanaman jenis Arabika ini langka karena tempat tumbuh yang terbatas, tidak dapat dibudidayakan ditempat lain dan hanya panen 2 tahun sekali. Bagi masyarakat Colol (Manggarai Timur) salah satu tempat tumbuh suburnya Juria, tanaman kopi ini dianggapkeramat. Warga tidak berani mengganti tanaman ini dengan tanaman baru, karena diangggap telah menyatu dengan tanah Colol. Usia tamanan ini rata-rata sudah lebih dari 60 tahun dan tinggi pohon antar 4 - 5 meter. Saat awal berbunga, mulai memanen dan akhir masa panen, pemilik kebun selalu melakukan ritual yang sudah dijalankan turun temurun. Bagaimana? Istimewa ya? Harganya pun lumayan tinggi, kopi siap seduh seberat 100 gram dibanderol dengan harga Rp 100.000,-.

Kedai Kopi Mane tampak sederhana, terletak tak jauh dari Bandara Komodo. Lokasinya yang berada di ‘pinggir’ kota tak lantas menjadikannya sepi pengunjung. Kopi Mane punya pengunjung setia warga tua muda nan militan di kawasan tersebut. 

Seperti beberapa gerai kopi-kopi kekinian di Labuan Bajo yang menyajikan kopi Flores dari Bajawa, Ruteng, Manggarai, kedai Kopi Mane spesial menyajikan kopi organik dari kebun-kebun para petani di kawasan Manggarai Raya yaitu dari Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai Timur. Para petani kebun kopi di tiga kawasan itu telah membentuk sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai.

Kopi Arabika Manggarai pun dikenal memiliki citarasa khas herbal, floral,spicy dengan rasa manis yang intens dan rasa asam dengan tingkat cukup tinggi sampai tinggi karena posisi kondisi geografis yang ideal untuk tanaman kopi Arabika antara 900 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Selain itu faktor geologis, unsur hara tanah, iklim pun sangat mempengaruhi pertumbuhan dan citarasa kopi Arabika Manggarai. Varietas kopi yang ditanam di dataran tinggi Manggarai pun beragam seperti Typica, Yellow Catura, S-795, Kartika, USDA, Arobusta, Kolumbia, Andungsari dan lainnya.

Wenti sesekali melayani pengunjungnya yang bertanya tentang keistimewaan kopi-kopi yang terhidang di kedainya. Ia belum lama bergelut dengan kopi dan berprofesi sebagai barista sekaligus coffeeprenuer.

“Ayah pensiun 2014 dan pulang kampung. Lalu buka Kopi Mane di Ruteng dan awalnya pakai kopi Bajawa. Kemudian tahun 2015 buka di Labuan Bajo, bersama Asnikom (Asosiasi Petani Kopi Manggarai). Sekarang kita pakai kopi terbaik coffee speciality. Dan coba untuk edukasi mengurangi 'kopi gunting' mengganti konsumsi kopi di Manggari dengan kopi kebanggaan yang sehat,”kenang Wenti sambil menceritakan bagaimana kegiatan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam usaha memajukan kopi Manggarai termasuk petani kebun. Kopi gunting adalah sebutan kopi kemasan. 

Salah satu penghargaan untuk kopi Manggarai Pada tahun 2018. (Agni Malagina)

"Gotong royong, pengusaha kopi seManggarai seperti La Bajo, Kopi Golomory, Kopi Mane, pemiliki kebun, petani, semua bersama-sama mengangkat nama kopi Manggarai ke pentas dunia. Kopi Manggarai juga menang di Perancis,"ujar Wenti yang pernah membawa kopi Manggarai ke acara World Economic Forum di Davos Swiss pada bulan Januari 2020.

Bagi Wenti, kopi Manggarai punya keistimewaan dan telah menjadi gaya hidup masyarakat Manggarai.

“Dari segi citarasa jelas unggul. Misal Juria punya rasa rempah, yellow caturapunya rasa milky cokelat. Bahkan kopi robusta Manggarai pun enak. Kopi di Manggarai ini bagian dari budaya, gaya hidup juga,”jelas Wenti. Saya sesekali menyeruput kopi tubruk Juria sambil mendengar celotehan Wenti.

“Orang Manggarai Flores ini hobby ngopi. Pagi, siang, sore lo. Ada ‘kopi gula’ atau kopi pagi. Bukan gula manis itu. Ada ‘kopi leso’ ngopi siang hari dan ada ‘kopi mane’ ngopi sore,”ujar puteri dari Bony Romas yang juga seorang penggiat kopi Manggarai.

“Bahkan kopi menjadi bagian dari tradisi meramal lo,”ujar Wenti.

“Toto Kopi, kak. Tukang toto kopi namanya,” sambung Boe seorang penggiat wisata di Labuan Bajo yang menjelaskan bahwa tradisi ‘toto kopi’ merupakan kegiatan meramal atau memprediksi suatu kejadian oleh seorang ahli ramal. Biasanya orang bertanya pada ‘tukang toto kopi’ seputar masa depan, benda hilang, jodoh, dan lainnya.

Tradisi Toto Kopi di Manggarai Barat. (Boe Berkelana)

“Biasanya mama-mama ini yang bisa toto kopi,”ujar Boe sambil menjelaskan langkah-langkah kegiatan toto kopi. Pertama si empunya maksud akan menyampaikan atau menanyakan maksud hatinya. Kemudian ‘tukang toto kopi’ akan menyuguhkan kopi dalam gelas kaca bening dan meminta tamunya untuk meminum kopi. Setelah habis akan tersisa ampas kopi. Mama toto kopi akan membalikkan gelas dan ampas kopi yang tersisa akan membentuk alur ampas kopi pada dinding gelas. Setelah itu mama ‘toto kopi’ akan membuat interpretasinya. Memang ramal meramal ini terkait dengan urusan kepercayaan.

“Mau coba?”tanya Wenti sambil tergelak. 

Ternyata kopi di Manggarai tak hanya sekedar cerita sejarah kopi namun memiliki makna budaya yang luas mulai dari sarana sosialisasi, tradisi gaya hidup sehari-hari, pengobatan sekaligus spiritual. Budidaya kopi di Manggarai juga terkait erat dengan adat istiadat Manggarai seperti Lea Lose (upacara adat membuka kebun), Benco Raci (persiapan sebelum menanam), Oli (memohon berkat kesuburan), Penti (syukuran hasil panen) dan Barong Wae (menghormati roh leluhur penjaga mata air).

Seruput kopi mane di Labuan Bajo menjadi istimewa karena kopi yang dihidangkan pun memiliki cerita tentang lanskap budaya, kenggulan citarasa, serta bersatu dengan budaya masyarakat Manggarai Raya. Kopi bisa menjadi identitas Manggarai dan Labuan Bajo terlebih kopi Flores menjadi incaran pecinta penikmat kopi mancanegara. Patutlah kita bersama sedapkan Manggarai, sedapkan dunia dengan aroma kopi Juria!

Ya, Labuan Bajo bukan hanya memiliki Komodo sebagai ikon kelas dunia, juga punya kopi Arabika Manggarai yang telah mendunia.

 

Bersama National Geographic Indonesia, singkap kehidupan geografis Manggarai dari racikan menunya. Kamis, 2 Juli 2020 di akun Facebook @NatGeoMagazineID. (National Geographic Indonesia)

Kita akan berbincang dari sejumput beras rani, sebungkus nasi kolo, secangkir kopi, sampai seteguk sopi. Chef Michael pegiat Sedapkan Manggarai dan Wenti Romas pegiat Youth Coffepreneur Manggarai akan #BerbagiCerita tentang warga, filosofi, dan geografi kota mereka melalui aktivitas bersantap dan menyesap.

Rasa adalah pengalaman, sementara bersantap dan menyesap adalah perayaan menjelajahi pengalaman. Mari #BerbagiCerita bersama National Geographic Indonesia, singkap kehidupan geografis Manggarai dari racikan menunya.

Sampai jumpa pada Kamis, 2 Juli 2020 di akun Facebook @NatGeoMagazineID.