Perubahan Iklim Sebabkan Hilangnya Keanekaragaman Hayati Secara Mendadak

By National Geographic Indonesia, Senin, 13 Juli 2020 | 09:32 WIB
Seekor mawas jantan menantang saingannya dengan mengernyingkan gigi dan mengguncang dahan. Mawas, atau orangutan sumatra, kini diakui sebagai spesies sendiri dan berjumlah sekitar 14.000 di alam liar. (Tim Laman)

Ratusan juta orang di sepanjang wilayah ini bergantung pada hasil tangkapan ikan sebagai sumber makanan utama. Selain itu, pendapatan ekowisata dari terumbu karang juga menjadi sumber pendapatan utama.

Di Amerika Latin, Asia, dan Afrika, dan sebagian besar hutan di Andes, Amazon, Indonesia, dan Kongo diprediksikan akan berada dalam bahaya mulai tahun 2050 berdasarkan skenario kenaikan emisi tinggi.

Hilangnya kumpulan satwa secara tiba-tiba berdampak negatif terhadap ketahanan pangan masyarakat suatu wilayah.

Lebih lanjut, ada penurunan kemampuan tanaman tropis untuk menyimpan karbon apabila burung dan mamalia penting yang berperan kepada penyebaran biji tiba-tiba hilang.

Langkah mendesak selanjutnya

Temuan-temuan ini menyoroti betapa mendesaknya mitigasi perubahan iklim.

Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cepat pada dekade ini akan mencegah ribuan spesies dari kepunahan dan melindungi manfaat yang mereka berikan pada manusia.

Menjaga pemanasan global di bawah 2°C akan meratakan kurva risiko perubahan iklim terhadap biodiversitas.

Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi jumlah spesies yang rentan terhadap bahaya iklim secara masif dan memberi lebih banyak waktu bagi spesies dan ekosistem untuk beradaptasi dengan iklim yang berubah –baik dengan mencari habitat baru, mengubah tingkah laku, atau dengan bantuan konservasi dari manusia.

Ada juga urgensi untuk meningkatkan upaya untuk membantu orang-orang di daerah berisiko tinggi menyesuaikan mata pencaharian mereka karena perubahan iklim yang mengubah ekosistem lokal.

Keindahan hutan. (Nate Johnston/Unsplash)

Bila kita mampu memproyeksikan di mana dan kapan spesies akan terpapar bahaya iklim sepanjang abad, kita dapat membuat semacam sistem peringatan dini yang mengidentifikasi area rentan terhadap perubahan ekologi mendadak.

Sebagai tambahan, terkait pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, temuan ini dapat memberikan panduan upaya konservasi, seperti menetapkan kawasan lindung baru yang tidak rentan terhadap bahaya iklim.

Mereka juga dapat menginformasikan pendekatan berbasis ekosistem untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.

Contohnya, menanam mangrove untuk melindungi daerah pesisir dari banjir.

Baca Juga: Gelombang Panas Cairkan Tundra Siberia dan Sebabkan Kebakaran

Ada potensi dalam memperbarui dan validasi proyeksi jangka pendek sebagai respons ekologis terhadap perubahan iklim.

Potensi ini harus digunakan untuk menyempurnakan proyeksi risiko iklim terhadap biodiversitas; ini sangat penting dalam pengelolaan krisis iklim.

Planet kita masih penuh dengan kehidupan. Dengan kepemimpinan politik yang tepat serta tindakan sehari-hari yang kita lakukan sebagai masyarakat, kita masih memiliki kekuatan untuk mempertahankannya.

Penulis: Christopher Trisos, Senior Research Fellow, University of Cape Town dan Alex Pigot, Research Fellow Genetics, Evolution & Environment Div of Biosciences, UCL

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.