Nationalgeographic.co.id - Cuaca cerah terus menerus dan perubahan iklim yang terjadi selama berbulan-bulan membuat Siberia mengalami panas ekstrem.
Selain menghasilkan suhu Kutub Utara yang tinggi di bulan Juni, panas telah memicu kebakaran hutan, termasuk kebakaran tundra.
Api di lanskap yang biasanya dingin dan basah ini menghawatirkan para ahli ekologi dan ilmuwan iklim. Pasalnya, Artktika sedang mengalami perubahan cepat yang dapat memberikan dampak besar bagi konsekuensi lokal maupun global.
Baca Juga: Medan Magnet Bumi Dapat Bergeser 10 Kali Lebih Cepat dari yang Diperkirakan
Api itu sendiri juga dapat memperburuk pemanasan global dengan membakar jauh ke dalam tanah dan melepaskan karbon yang telah menumpuk sebagai bahan organik beku selama ratusan tahun.
"Ini belum merupakan kontribusi besar terhadap perubahan iklim," kata Thomas Smith, seorang ahli geografi lingkungan di London School of Economics di National Geographic. "
Sekitar pertengahan Juni, kebakaran mulai menyebar ke seluruh Siberia, ungkap Mark Parrington, seorang ilmuwan senior di Pusar Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa.
Baca Juga: Es di Pegunungan Alpen Berubah Menjadi Pink, Apa Bahayanya?
Para ilmuwan juga dikejutkan oleh api yang membakar ekosistem. Smith telah menyelidikinya menggunakan kombinasi peta tutupan lahan dan data satelit. Ia menemukan bahwa kebakaran melalap hutan boreal utara dan lahan gambut yang kaya karbon. Pada semua kasus, ekosistem yang terbakar ialah di atas tanah beku yang terdiri dari lapisan es.
Sementara itu, kebakaran tundra bukanlah hal yang pertama. Kebakaran di tundra derah utara pernah terjadi pada tahun 2003.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR