Selain itu, menurut Lauri Myllyvirta, kepala analis di Center for Research on Energy and Clean Air yang melaporkan data polusi di Tiongkok, para pejabat provinsi yang putus asa berusaha meningkatkan kembali ekonomi dengan memberikan lampu hijau untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru. Tindakan tersebut akan memberikan masalah tambahan pada kesehatan dan iklim Bumi di masa depan. Sebab, mesin industri seperti itu akan digunakan selama bertahun-tahun.
Kekhawatiran lainnya adalah kemacetan. Myllyvirta mengatakan, kemacetan di Tiongkok telah kembali seperti sebelum pandemi, padahal belum semua penduduk melakukan perjalanan.
Hutan Amazon paling terdampak
Di Brasil, penebang liar telah meningkatkan aksi mereka untuk merusak hutan hujan Amazon saat virus corona menyerang negara tersebut.
Menurut data satelit dari INPE, sekitar 64% lahan di sana telah ditebang lebih banyak dibanding April 2019. Padahal sebelumnya, 2019 menjadi tahun dengan deforestasi terburuk dalam satu dekade.
“Ini seperti Anda dapat melakukan apa pun yang diinginkan di Amazon dan tidak akan dihukum,” kata Ane Alencar, direktur sains di IPAM Amazonia, sebuah organisasi nirlaba ilmiah.
Vegetasi hutan yang telah ditebang kemungkinan akan menjadi pusat kebakaran pada Juli, saat musim panas. Dan asap tebal yang dihasilkan dari kebakaran tersebut akan menyebabkan masalah kesehatan pada jantung dan paru-paru.
Prioritas pemimpin
Dengan adanya pandemi COVID-19, prioritas para pemimpin dunia mungkin akan berubah. Asa Persson, direktur penelitian di Stockholm Environment Institute mengatakan, urgensi krisis kesehatan dan ekonomi akan mengalihkan perhatian mereka dari upaya perlambatan perubahan iklim.
Baca Juga: Aksi Pembersihan Laut Terbesar Berhasil Kumpulkan 100 Ton Sampah Plastik
“Seperti apa prioritas mereka?”, kata Persson.
“Apakah pemerintah berupaya menopang perekonomian dengan memperkuat industri-industri agar lebih ramah lingkungan dan menggunakan dana pemulihan untuk mendukung sektor energi yang ‘bersih dan efisien’?”, imbuhnya.
Mengalokasikan cara tersebut dapat menggerakkan dunia menuju masa depan rendah karbon, juga mengatasi kesenjangan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi. Strategi tersebut mungkin akan lebih berhasil bagi lingkungan dibanding pengurangan emisi dalam beberapa bulan selama karantina wilayah.