Harta Karun Danau Poso: Pusparagam Kehidupan, Kisah Bencana, dan Kemunculan Sulawesi

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 25 Juli 2020 | 22:47 WIB
Watuyano, atau batu melayang , salah satu cerita rakyat tentang peristiwa geologi di Danau Poso. (TIM EKSPEDISI POSO)

Molimbu, tradisi makan bersama sebagai ungkapan syukur warga. Setiap keluarga akan membawa makanan dari rumah masing-masing untuk dibagi dan makan bersama.

Posintuwu, tradisi memberikan sumbangan dalam berbagai bentuk apapun—jasa, barang, maupun uang—kepada mereka yang sedang mengalami kedukaan ataupun pesta pernikahan.

Kabupaten Poso juga dijuluki sebagai “Kabupaten Tiga Air” karena memiliki danau, sungai dan laut yang saling terhubung dan mempengaruhi. Satu spesies telah menandai pertautan ini: sogili, ikan endemik Danau Poso. Sogili dewasa akan berenang ke wilayah laut untuk bertelur, lalu bersama anak-anaknya akan mengarungi sungai-sungai dan air terjun untuk tiba kembali ke danau.

Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan 10 Jenis Burung Baru di Sulawesi dan Maluku

Udang Kardinal (Caridina sarasinorum ), salah satu udang endemik Danau Poso. Bagaimana perubahan iklim berdampak pada satwa danau ini? (TIM EKSPEDISI POSO)

Pertanian dan perkebunan menjadi mata pencaharian utama warga. Sementara mata pencaharian lainnya adalah nelayan.

Dalam tradisi agrarisnya, mereka memiliki sistem produksi yang sangat dekat dengan alam. Mompaho, tradisi menanam padi ladangdengan cara menugal sembari berkeliling melawan arah jarum jam, dan bersenandung. Bila saat berdoa untuk proses membersihkan lahan terdapat gangguan—sekalipun—semut mengigit, artinya leluhur tidak mengizinkan tanah itu untuk ditanami. Warga pun harus berpindah ke lahan lainnya.

Bagi para nelayan, terdapat tradisi mosango. Mereka mencari ikan bersama-sama, lebih dari seratus orang, dengan menggunakan alat jaring dari bambu. Ada juga tradisi wayamasapi, menangkap ikan endemik masapi dengan menyiapkan jalur eskalator dari bambu untuk ikan. Cara ini dipercaya bisa memilah jenis ikan yang layak ditangkap.

Danau tektonik nan ikonik dan unik ini memiliki harta karun di bawah permukaan airnya. Harta karun itu adalah keanekaragaman hayati dan tinggalan arkeologi yang bersemayam di dasar danau.

Baca Juga: Gambar Figuratif Perburuan Tertua Berusia 44 Ribu Tahun Ditemukan di Sulawesi Selatan

Jongi, mempunyai nama Latin Dillenia celebica, marga Dillenia. Diberi nama mengikuti nama seorang ahli botani Jerman, Johann Jacob Dillenius (1687—2 April1747). Jongi merupakan endemik Pulau Sulawesi. (TIM EKSPEDISI POSO)

Poso juga memiliki sejarah peradaban kebudayaan yang menjadi salah satu pusat penelitian perkembangan peradaban di dunia atau di Asia. Sebaran megalithikum di lembah Bada, Lore Selatan Kabupaten Poso diduga adalah salah satu pusat peradaban Indonesia yang masih misterius hingga saat ini.